PAHLAWAN
DAN UANG
KAPITAN PATTIMURA
Kapitan panttimura lahir di Hualoy,
Seram Selatan, Maluku, 8 Juni 1783 dan meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember
1817 pada usia 34 tahun. Pattimura memimpin pertempuran-pertempuran yang bebat
melawan angkatan perang Belanda di darat dan di laut. Pertempuran yang
menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda Duurstede,
pertempuran di pantai Waisisil dan Jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jasirah Hitu
di Pulau Ambon dan Seram Selatan. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan
dengan politik adu domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Pattimura
pun tertangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16
Desember 1817 di kota Ambon. Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan
Pattimura dikukuhkan sebagai ‘Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan’ dan saat ini
nama dan gambarnya diabadikan pada uang rupiah pecahan Rp1.000.
PANGERAN ANTASARI
Pangeran Antasari
lahir di Kayu Tinggi, Kesultanan Banjar, 1797, dan meninggal di Bayan Begok, 11
Oktober 1862 pada usia 53 tahun. Berkali-kali Belanda menunjuk Pangeran
Antasari untuk menyerah, namun beliau tetap pada pendiriannya. Ini tergambar
pada suratnya yang ditujukan untuk Letnan Kolonel Gustave Verspijck di
Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861. “…dengan tegas kami terangkan kepada tuan:
kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus
menuntut hak pusaka (kemerdekaan).”
Pangeran Antasari telah dianugerahi gelar sebagai pahlawan Nasional dan
kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di
Jakarta, tertanggal 27 Maret 1968. Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI)
mengabadikan nama dan gambar Pangeran Antasari dalam uang kertas nominal
Rp2.000.
TUANKU IMAM BONJOL
Nama pria
kelahiran Bonjol pada 1772 ini adalah Muhammad Shahab. Sebagai ulama dan
pemimpin masyarakat ia mempunyai beberapa gelar, yaitu Peto Syarif, Malin Basa,
dan Tuanku Imam. Ia berperang Paderi
(1803-1838). Perjuangan membebaskan
bangsanya dari cengkraman penjajah Belanda patut dijadikan teladan bagi
generasi muda. Sebagai penghargaan dari pemerintah, Tuanku Imam Bonjol diangkat
sebagai Pahlawan Nasional sejak 6 November 1973. Selain itu nama Tuanku Imam
Bonjol juga hadir di ruang publik sebagai nama jalan, nama stadion, nama perguruan
tinggi, dan pada lembaran Rp5.000. edisi 2001.
SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II
Sultan Mahmud
Badaruddin II adalah pemimpin kesultanan
Palembang Darussalam selama dua periode (1803-1813 dan 1813-1821), setelah masa
pemerintahan ayahnya, Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803). Nama aslinya sebelum menjadi Sultan adalah Raden Hasan
Pangeran Ratu. Dalam masa pemerintahannya, ia beberapa kali memimpin
pertempuran melawan Inggris dan Belanda, di antaranya yang disebut perang
Menteng. Pada tanggal 14 Juli 1821, ketika Belanda berhasil menguasai
Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin II dan keluarga ditangkap dan diasingkan ke
Ternate. Namanya kini diabadikan sebagai nama Bandara Internasional Sultan
Mahmud Badaruddin II di Palembang dan mata uang rupiah pecahan Rp10.000 edisi
2005.
OTO ISKANDAR DI NATA
Raden Oto
Iskandar Di Nata lahir di Bandung, Jawa Barat, 31 Maret 1897 dan meninggal di
Mauk, Tangerang, Banten, 20 Desember 1945 pada usia 48 tahun. Pahlawan nasional
Indonesia ini dijuluki juga sebagai si Jalak Harupat. Pada masa pergerakan, Oto
pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang Bandung periode
1921-1924, serta sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang Pekalongan tahun 1924.
Oto juga aktif pada organisasi budaya Sunda bernama Paguyuban Pasundan, yang
bergerak di bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan dan
pemberdayaan perempuan. Pada masa penjajahan Jepang, Oto menjadi pemimpin surat
kabar Tjahaja (1942-1945). Ia kemudia menjadi anggota BPUPKI dan PPKI yang
dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang sebagai lembaga-lembaga yang
membantu persiapan kemerdekaan Indonesia. Diangkat sebagai Pahlawan Nasional
berdasarkan surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973,
tanggal 6 November 1973. Selain sebagai nama jalan, nama Oto diabadikan pada
uang kertas nominal Rp 20.000 edisi 2004.
I GUSTI NGURAH RAI
Kolonel TNI
Anumerta I Gusti Ngurah Rai lahir di Desa Carangsari, Petang, Kabupaten Badung,
Bali, 30 Januari 1917, meninggal di Marga, Tubanan, Bali 20 November 1946 pada
usia 29 tahun, adalah seorang pahlawan Indonesia dari Kabupaten Badung, Bali.
Ia memiliki pasukan yang bernama “Ciung Wenara” yang melakukan pertempuran
terakhir yang dikenal dengan Puputan Margarana. Dalam Bahasa Bali, Puputan
berarti ‘habis-habisan’, sedangkan Marga berarti ‘Pertempuran di Marga’. Marga
adalah sebuah desa di Kabupaten Tabanan. Pemerintah Indonesia menganugerahkan
Bintang Mahaputra dan kenaikan pangkat menjadi Brigjen TNI (Anumerta). Namanya
kemudian diabadikan sebagai nama Bandar udara di Bali, serta uang kertas
nominal Rp 50.000 edisi 2005.
SOEKARNO
Dilahirkan di
Surabaya pada 6 Juni 1901 dan diberi nama Koesno Sosrodihardjo. Ia adalah
presiden pertama Republik Indonesia yang menjabat pada periode 1945-1966 dan
dikenal sebagai orator yang ulung. Ia memainkan peranan penting untuk
memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Pada 1926, Soekarno
mendirikan Aglemene Studie Club di Bandung yang terinspirasi Indonesische
Studie Club yan didirikan Dr. Soetomo. Organisasi ini menjadi cikal bakal
Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di
PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929 dan dipenjara di
Penjara Banceuy, pada tahun 1930 dipindahkan ke Sukamiskin dan memunculkan pledoinya
yang fenomenal, ‘Indonesia Menggugat’ hingga dibebaskan kembali pada 31
Desember 1931. Baik sendiri maupun bersama Bung Hatta, Soekarno berulangkali
ditangkap Belanda dan diasingkan ke Flores, Bengkulu dan sejumlah daerah di
Indonesia. Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun
1942. Soekarno meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 dalam usia 69 tahun. Bersama
Hatta diabadikan dalam uang kertas pecahan Rp100.000.
MOHAMMAD HATTA
Dr. (H.C.) H.
Mohammad Hatta, oleh orangtuanya diberi nama Muhammad Athar, dilahirkan di Fort
de Kock (kini Bukittinggi), Sumatera Barat, 12 Agustus 1902. Beliau dikenal
sebagai pejuang, proklamator (bersama Ir Soekarno), negarawan, Bapak Koperasi, dan juga wakil presiden
pertama Indonesia. Hatta melanjutkan pendidikan dan menetap di Belanda semenjak
September 1921. Ia bergabung dalam perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging).
Pada 1932 Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Club
Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan meningkatkan kesadaran politik
rakyat Indonesia melalui proses pelatihan-pelatihan. Belanda menangkap Hatta,
bersama Soetan Sjahrir, ketua Club Pendidikan Nasional Indonesia pada bulan
Februari 1934. Hatta diasingkan ke Digul dan kemudian ke Banda selama 6 tahun.
Hatta meinggal di Jakarta pada 14 Maret 1980 dalam usia 77 tahun. Sebagai
penghargaan atas jasanya, bersama Soekarno nama dan gambar mereka hadir di
ruang publik bangsa sebagai nama
bandara, dan dalam uang pecahan Rp100.000 mulai edisi 2004.
No comments:
Post a Comment