Saturday, January 31, 2015

Contoh Makalah IPS Kelas IX SMP -Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia & Peristiwa2 Politik dan Ekonomi Pasca Pengakuan Kedaulatan-





 Kata pengantar
       Puji syukur kami panjatkan ke hadirat alloh swt. Karena dengan rahmat dan kaunia-Nya saya dapat membuat makalah ini.
       Ilmu Pengatahuan Sosial/IPS merupakan salahsatu  mata pelajaran yang diberikan di tingkat SMP/MTs. Pada jenjang SMP/MTs, pelajaran IPS mencakup matri Geografi,Ekononi,Sejarahmaupun Sosiologi yang dibeerikan secara terpadu. Melalui buku makalah ini saya harap Bapak Guru memberikan nilai yang terbaik untuk saya.Buku Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari Bapak Guru mata pelajaran IPS Terpadu. Materi dalam Makalah ini disajikan dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) sehingga materi dalam Makalah ini insya alloh berkualitas.
       Makalah ini ditulis dari berbagai sumber yang ada. Inti pembahasan dari Makalah ini adalah tentang; Usaha Memperahnkan Kemerdekaan Indonesia & Peristiwa Politik Dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan.Ada tiga keunggulan dari Makalah ini; -Menyajikan materi secara kronologis, -Menyajikan materi secara padat dan jelas, -Seluruh matri tersebut disajikan dalam gaya bahasa yang enak dan sesuai dengan bahasa kita sehari-hari.
       Denan Makalah yang seperti ini, semoga Makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Apabila Makalah ini mempunya kekurangan mohon di maafkan karena saya baru belajar. Saya mengucapkan terimakasih kepada teman-teman semua,Guru-Guru,alloh swt,kedua orang tua,serta pihak-pihak yang telah membantu menyempurnakan Makalah ini sehingga layak diserahkan kepada Guru mata pelajaran IPS Terpadu.                              
                                    Hegarmanah,21 Oktober 2014
                                             Penyusun.

                                                                                              
                                       Rahmat Gunawan                                                                 
                                                                      i



 DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………….............    i
Daftar Isi………………………………...…………………....   ii
BAB1 PENDAHULUAN………………………..…………...   1
BAB 2 PEMBAHASAN
            USAHA MEMPERTAHANKAN 
            KEMERDEKAAN INDONESIA..  3
            A.Perjuangan Rakyat dan Pemerintah di daerah dalam
            Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia........................ 3
            B.Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Belanda
            dalam Forum Internasional dan perlawanan terhadap
            Negara Kesatuan Revublik Indonesi............…………….  9
            PERISTIWA-PERISTIWA POLITIK dan EKONOMI 
            INDONESIA PASCA
            PENGAKUAN KEDAULATAN………...............……. 18
BAB 3 KESIMPULAN dan PENUTUP
            A.Kesimpulan………………………………………….. 34
            B.Penutup……………………………...………………  35
 DAFTAR PUSTAKA…………………….................………..  36



                                                                                                                                                
BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Penulisan
       Kemerdekaan Indonesia mendapat gangguan dari pihak Belanda. Hal ini terbukti dengan adanya pasukan Belanda yang ikut membonceng pasukan sekutu. Belanda ingin Menjajah Indonesia kembali, akan tetapi rakyat berjuang sekuat tenaga mempertahankan kemerdekaan .
       Pasca pengakuan kedaulatan, bangsa Indonesia mengalami permasala-
han ekonomi yang sangat kompleks. Misalnya Infasi tinggi,rusaknya infrastruktur,hutan Negara meningkat, defisit anggaran,rendahnya investasi
,dan lain sebagainya.
       Di bidang Politik, sesuai dengan UUDS 1950. Maka Indonesia menerapk-
an Demokrasi Liberal dengan sistem kabinet Parlementer. Akibatnya munc-
ul banyak partai Politik.
       Latar belakang penulisan Makalah ini ditulis dari berbagai sumber, dan
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salahsatu tugas dari Bapak Guru mata pelajaran IPS Terpadu.
B.    Tujuan Penulisan
1.     Untuk Mengetahui Faktor
       Faktor yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia &
Belanda 2. Untuk mengetahui tentang peran dunia internasional dalam  penyelesaian  konflik Indonesia-Belanda.
2.     Untuk mengetahui tentang Politik.
3.     Untuk mengetahui tentang Ekonomi pasca pengakuan kedaulatan.
C.     Manfaat Penulisan
     Untuk menembah wawasan,menambah Ilmu,melatih tulisan tangan,men

                                                                                1


getahui hal-hal yang belum di ketahui. Pada penulisan Makalah ini semua materinya bukan hasil karangan semata,Makalah ini insya alloh akan bermanfaat untuk memebantu proses pembelajaran yang saya kerjakan.
        Terimakasih…!






                                                                              2



BAB 2
PEMBAHASAN
A. Usaha mempertahankan kemerdekaan
Indonesia
A. Perjuangan Rakyat dan Pemerintah di Daerah
     dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Indonesia
Penyerahan kekuasaan Jepang kepada Sekutu
dilakukan oleh Komando Asia Tenggara (South East Asia
Command atau SEAC) di bawah pimpinan Laksamana
Lord Louis Mounbatten. Pasukan Sekutu yang bertugas
di Indonesia adalah Allied Forces Netherlands East Indies
(AFNEI) yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip
Christison. AFNEI merupakan komando bawahan dari
SEAC. Tugas AFNEI di Indonesia adalah:
1. menerima penyerahan kekuasaan dari tangan
Jepang,
2. membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu,
3. melucuti orang-orang Jepang dan kemudian dipulangkan ke
negaranya,
4. menjaga keamanan dan ketertiban (law and order), dan
5. menghimpun keterangan guna menyelidiki pihak-pihak yang
dianggap sebagai penjahat perang.
Pada awalnya rakyat Indonesia menyambut kedatangan
Sekutu dengan senang. Akan tetapi setelah diketahui NICA ikut di
dalamnya, sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan.
Kedatangan NICA di Indonesia didorong oleh keinginan menegakkan
kembali Hindia Belanda dan berkuasa lagi di Indonesia. Datangnya             
                                                    3


pasukan Sekutu yang diboncengi NICA mengundang perlawanan
rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan. Berikut ini berbagai
perlawanan terhadap Sekutu yang muncul di daerah-daerah.
1. Pertempuran Surabaya 10 November 1945
     Surabaya merupakan kota pahlawan. Surabaya
menjadi ajang pertempuran yang paling hebat selama
revolusi mempertahankan kemerdekaan, sehingga
menjadi lambang perlawanan nasional. Peristiwa di
Surabaya merupakan rangkaian kejadian yang diawali
sejak kedatangan pasukan Sekutu tanggal 25 Oktober
1945 yang dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby.
Pada tanggal 30 Oktober 1945 terjadi pertempuran
yang hebat di Gedung Bank Internatio di Jembatan
Merah. Pertempuran itu menewaskan Brigjen Mallaby.
Akibat meninggalnya Brigjen Mallaby, Inggris memberi
ultimatum, isinya agar rakyat Surabaya menyerah kepada Sekutu.
Secara resmi rakyat Surabaya, yang diwakili Gubernur Suryo menolak
ultimatum Inggris. Akibatnya pada tanggal 10 November 1945 pagi
hari, pasukan Inggris mengerahkan pasukan infantri dengan senjatasenjata
berat dan menyerbu Surabaya dari darat, laut, maupun udara.
Rakyat Surabaya tidak takut dengan gempuran Sekutu.
Bung Tomo memimpin rakyat dengan berpidato
membangkitkan semangat lewat radio. Pertempuran
berlangsung selama tiga minggu. Akibat pertempuran
tersebut 6.000 rakyat Surabaya gugur.
Pengaruh pertempuran Surabaya berdampak
luas di kalangan internasional, bahkan masuk dalam
agenda sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 7-13
Februari 1946.
2. Pertempuran Ambarawa
     Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20                                                  
                                                4



November sampai tanggal 15 Desember 1945, antara
pasukan TKR dan Pemuda Indonesia melawan
pasukan Sekutu (Inggris). Pertempuran Ambarawa
dimulai dari insiden yang terjadi di Magelang pada
tanggal 26 Oktober 1945.
Pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa
pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah
pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu.
Pertempuran Ambarawa mengakibatkan gugurnya
Letkol Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Posisi
Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol
Soedirman. Kota Ambarawa berhasil dikepung selama
4 hari 4 malam oleh pasukan RI. Mengingat posisi yang telah terjepit,
maka pasukan Sekutu meninggalkan kota Ambarawa tanggal
15 Desember 1945 menuju Semarang. Keberhasilan TKR mengusir
Sekutu dari Ambarawa menjadi salah satu peristiwa penting dalam
perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.
3. Pertempuran Medan Area 1 Desember 1945
     Pada tanggal 9 Oktober 1945 tentara Inggris yang diboncengi
oleh NICA mendarat di Medan. Mereka dipimpin oleh Brigjen T.E.D
Kelly. Awalnya mereka diterima secara baik oleh pemerintah RI di
Sumatra Utara sehubungan dengan tugasnya untuk membebaskan
tawanan perang (tentara Belanda).
Sebuah insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada tanggal
13 Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA)
merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai
pemuda Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para pemuda.
Akibatnya terjadi perusakan dan penyerangan terhadap hotel yang
banyak dihuni pasukan NICA.
Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papanpapan
yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai
sudut kota Medan. Sejak saat itulah Medan Area menjadi terkenal.              
                                                    5



Pasukan Inggris dan NICA mengadakan pembersihan terhadap
unsur Republik yang berada di kota Medan.
Hal ini jelas menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR untuk
melawan kekuatan asing yang mencoba berkuasa kembali.
Pada tanggal 10 Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan
antara komandan-komandan pasukan yang berjuang di Medan Area.
Pertemuan tersebut memutuskan dibentuknya satu komando yang
bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area.
4. Bandung Lautan Api
     Terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api
diawali dari datangnya Sekutu pada bulan Oktober
1945. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh ultimatum
Sekutu untuk mengosongkan kota Bandung. Pada
tanggal 21 November 1945, Sekutu mengeluarkan
ultimatum pertama isinya kota Bandung bagian
Utara selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945
dikosongkan oleh para pejuang. Ultimatum tersebut
tidak ditanggapi oleh para pejuang.
Selanjutnya tanggal 23 Maret 1946 Sekutu mengeluarkan
ultimatum kembali. Isinya hampir sama dengan ultimatum yang
pertama. Menghadapi ultimatum tersebut para pejuang kebingungan
karena mendapat dua perintah yang berbeda. Pemerintah RI di
Jakarta memerintahkan agar TRI mengosongkan kota Bandung.
Sementara markas TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar Bandung
tidak dikosongkan.
Akhirnya para pejuang mematuhi perintah dari Jakarta. Pada
tanggal 23-24 Maret 1946 para pejuang meninggalkan Bandung.
Namun, sebelumnya mereka menyerang Sekutu dan membumihanguskan
kota Bandung. Tujuannya agar Sekutu tidak dapat
menduduki dan memanfaatkan sarana-sarana yang vital. Peristiwa
ini dikenal dengan Bandung Lautan Api. Sementara itu para pejuang
dan rakyat Bandung mengungsi ke luar kota.                                                      
                                                6


5. Puputan Margarana 20 November 1946
     Perang Puputan Margarana di Bali diawali dari
keinginan Belanda mendirikan Negara Indonesia Timur
(NIT). Letkol I Gusti Ngurah Rai, Komandan Resimen
Nusa Tenggara, berusaha menggagalkan pembentukan NIT
dengan mengadakan serangan ke tangsi NICA di Tabanan
tanggal 18 Desember 1946.
Konsolidasi dan pemusatan pasukan Ngurah Rai (yang
dikenal dengan nama pasukan Ciung Wanara) ditempatkan
di Desa Adeng Kecamatan Marga. Belanda menjadi gempar
dan berusaha mencari pusat kedudukan pasukan Ciung
Wanara. Pada tanggal 20 November 1946 dengan kekuatan
besar Belanda melancarkan serangan dari udara terhadap
kedudukan Ngurah Rai di desa Marga.
Dalam keadaan kritis, Letkol I Gusti Ngurah Rai
mengeluarkan perintah “Puputan” yang berarti
bertempur sampai habis-habisan (fight to the end).
Letkol I Gusti Ngurah Rai gugur beserta seluruh
anggota pasukan dalam pertempuran tersebut.
Jenazahnya dimakamkan di desa Marga. Pertempuran
tersebut terkenal dengan nama Puputan Margarana.
Gugurnya Letkol I Gusti Ngurah Rai telah melicinkan
jalan bagi usaha Belanda untuk membentuk Negara
Indonesia Timur.
6. Serangan Umum 1 Maret 1949
     Dalam agresi militer II, Belanda berhasil menangkap
para pemimpin politik dan menduduki ibukota RI di
Yogyakarta. Belanda ingin menunjukkan kepada dunia
bahwa pemerintahan RI telah dihancurkan dan TNI tidak
memiliki kekuatan lagi. Menghadapi tindakan Belanda
tersebut, TNI menyusun kekuatan untuk melawan Belanda.                          
                                                 7



Puncak serangan TNI adalah serangan umum terhadap
kota Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949, yang dipimpin
oleh Letkol Soeharto. Sebelumnya, Letkol Soeharto mengadakan
koordinasi terlebih dahulu dengan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX selaku Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dalam serangan ini, TNI memakai sistem
wehrkreise.
Untuk memudahkan penyerangan, maka dibentuk
beberapa sektor yaitu:
a. sektor Barat dipimpin oleh Mayor Ventje Sumual,
b. sektor Selatan dan Timur dipimpin oleh Mayor Sardjono,
c. sektor Utara dipimpin oleh Mayor Kusno,
d. sektor Kota dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan
Masduki.
Pada malam hari menjelang serangan umum,
pasukan-pasukan telah merayap mendekati kota dan
melakukan penyusupan-penyusupan. Pagi hari tanggal
1 Maret 1949 sekitar pukul 06.00 WIB tepat sirene
berbunyi, serangan dilancarkan dari segala penjuru
kota. Letkol Soeharto langsung memimpin penyerangan
dari sektor Barat sampai batas Jalan Malioboro. Rakyat
membantu memperlancar jalannya penyerangan dengan
memberikan bantuan logistik. Dalam waktu enam jam
kota Yogyakarta berhasil dikuasai TNI.
Pada pukul 12.00 WIB tepat, pasukan TNI mengundurkan diri.
Hal ini sesuai dengan rencana yang ditentukan sejak awal.
Bersamaan dengan itu bantuan Belanda tiba dengan kendaraan lapis
baja serta pesawat terbang. Belanda melakukan serangan balasan.
Meskipun demikian, serangan umum telah mencapai tujuannya.
Berikut ini tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949.
a. Ke dalam
1) Mendukung perjuangan yang dilakukan secara diplomasi.                           
                                                         8



2) Meninggikan moral rakyat dan TNI yang sedang bergerilya.
b. Ke luar
1) Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI
mempunyai kekuatan untuk mengadakan ofensif.
2) Mematahkan moral pasukan Belanda.
Untuk mengenang para pejuang dan peristiwa Serangan
Umum 1 Maret 1949 maka pemerintah Yogyakarta membangun
“Monumen Yogya Kembali”.
B. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan
Belanda dalam Forum Internasional dan
Pengaruhnya terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia
     Selain menggunakan perjuangan bersenjata, para pemimpin
bangsa melakukan perjuangan diplomasi. Untuk lebih jelasnya,
kalian pelajari beberapa contoh perjuangan diplomasi bangsa
Indonesia dalam berbagai forum internasional di bawah ini.
1. Diplomasi Beras Tahun 1946
     Antara India dengan Indonesia terdapat persamaan nasib dan
sejarah. Keduanya sama-sama pernah dijajah dan menentang
penjajahan. Oleh karenanya, ketika rakyat India mengalami
kekurangan bahan makanan, pemerintah Indonesia menawarkan
bantuan padi sejumlah 500.000 ton. Perjanjian bantuan Indonesia
kepada India ditandatangani tanggal 18 Mei 1946. Perjanjian ini
sebenarnya merupakan barter kedua negara, sebab India ternyata
juga memberikan bantuan obat-obatan kepada Indonesia. Dampak
yang ditimbulkan dari diplomasi beras adalah Indonesia semakin
mendapat simpati dunia internasional dalam perjuangannya mengusir
Belanda.
2. Perundingan Linggarjati                                                                                                                                                                                                                                                
                                               9
    

      Perundingan Linggarjati dilakukan pada
tangga 10 November 1946 di Linggarjati, dekat
Cirebon. Dalam perundingan ini, Indonesia
diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir
sedangkan Belanda diwakili oleh Prof.
Scermerhorn. Perundingan tersebut dipimpin
oleh Lord Killearn, seorang diplomat Inggris.
Berikut ini beberapa keputusan Perundingan
Linggarjati.
a. Belanda mengakui secara de facto Republik
Indonesia meliputi Jawa, Madura, dan
Sumatra.
b. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama
membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan
nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu
negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
c. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan
membentuk Uni Indonesia Belanda dengan Ratu
Belanda sebagai ketuanya.
Dalam perkembangan selanjutnya, Belanda
melanggar ketentuan perundingan tersebut dengan
melakukan agresi militer I tanggal 21 Juli 1947.
3. Agresi Militer Belanda I (Tanggal 21 Juli 1947)
     Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan
aksi polisionil yang dikenal dengan agresi militer I.
Tujuannya adalah untuk menguasai sarana-sarana
vital di Jawa dan Madura. Jadi tujuan serangan ini
bersifat ekonomis. Pasukan Belanda bergerak dari
Jakarta dan Bandung untuk menduduki Jawa Barat,
dan dari Surabaya untuk menduduki Madura.
Berbagai reaksi bermunculan akibat agresi
militer I. Belanda tidak menyangka apabila Amerika                                        
                                                   10



Serikat dan Inggris memberikan reaksi yang negatif.
Australia dan India mengajukan masalah Indonesia
ini ke Dewan Keamanan PBB.
Pada tanggal 4 Agustus 1947, PBB mengeluarkan perintah
penghentian tembak menembak. Untuk mengawasi gencatan senjata,
PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN). Anggota KTN ada tiga
negara yaitu:
a. Belgia (dipilih oleh Belanda) dipimpin oleh Paul van Zeeland;
b. Australia (dipilih oleh Indonesia) dipimpin oleh Richard Kirby;
dan
c. Amerika Serikat (dipilih oleh Indonesia dan Belanda) dipimpin
Dr. Frank Graham
     Tugas utama KTN adalah mengawasi
secara langsung penghentian tembak-menembak
sesuai dengan Resolusi Dewan
Keamanan PBB. Dengan demikian masalah
Indonesia menjadi masalah internasional.
Secara diplomatis jelas sangat menguntungkan
Indonesia.
KTN berhasil mempertemukan Indonesia
dengan Belanda dalam Perjanjian
Renville. Selain itu juga mengembalikan
para pemimpin Republik Indonesia yang
ditawan Belanda di Bangka.
4. Perundingan Renville
     Perundingan Renville dilaksanakan di
atas Geladak Kapal Renville milik Amerika
Serikat tanggal 17 Januari 1948. Dalam
perundingan tersebut, pemerintah Indonesia
diwakili oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin.
Sedangkan Belanda diwakili oleh Abdul Kadir
Widjojoatmodjo. Hasil perundingan tersebut                                                    
                                                        11



adalah:
a. wilayah Indonesia diakui berdasarkan
garis demarkasi (garis van Mook),
b. Belanda tetap berdaulat atas seluruh
wilayah Indonesia sampai Republik Indonesia
Serikat terbentuk,
c. kedudukan RIS dan Belanda sejajar dalam Uni Indonesia-Belanda,
d. RI merupakan bagian dari RIS, dan
e. pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke
daerah RI.
Nasib dan kelanjutan Perundingan Renville relatif sama dengan
Perundingan Linggarjati. Belanda kembali melanggar perjanjian dengan
melakukan agresi militer II tanggal 19 Desember 1948.
5. Agresi Militer Belanda II,
     (Tanggal 19 Desember 1948)
Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan
aksi polisionil ke II. Belanda menduduki
kota Yogyakarta, yang diawali dengan penerjunan
pasukan payung di Lapangan Udara Maguwo, serta
mengepung dan menghancurkan konsentrasikonsentrasi
TNI. Dalam agresi kedua, Belanda
berhasil menduduki Yogyakarta dan menangkap para
pemimpin politik serta militer.
Meskipun para pemimpin politik ditangkap,
pemerintahan Republik Indonesia tidak berhenti.
Sebelum ditangkap Presiden Soekarno memberikan
mandat melalui radiogram kepada Menteri Kemakmuran
Mr. Syafruddin Prawiranegara untuk
membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
(PDRI) di Bukittinggi, Sumatra Barat. Melalui PDRI,
pemerintahan tetap terus berjalan. PDRI mampu memberi
instruksi kepada delegasi Indonesia di forum                                                   

                                                   12
PBB untuk menerima penghentian tembak-menembak
dan bersedia berunding dengan Belanda. Hal ini dilakukan dalam
rangka menarik simpati dunia internasional. Selain itu untuk
menunjukkan kepada dunia internasional bahwa pemerintahan RI
masih terus berjalan meskipun para pemimpin politik ditawan oleh
Belanda.
6. Konferensi Asia di New Delhi
     Konferensi Asia di New Delhi di
selenggarakan pada tanggal 20 - 25 Januari
1949. Dalam konferensi tersebut hadir 19
negara termasuk utusan dari Mesir, Italia, dan
New Zealand. Wakil-wakil dari Indonesia
antara lain Mr. Utoyo Ramelan, Sumitro
Djoyohadikusumo, H. Rosyidi, dan lain-lain.
Hasil konferensi meliputi:
a. pengembalian Pemerintahan Republik
Indonesia ke Yogyakarta,
b. pembentukan pemerintahan ad interim
sebelum tanggal 15 Maret 1949,
c. penarikan tentara Belanda dari seluruh wilayah Indonesia, dan
d. penyerahan kedaulatan kepada Pemerintah Indonesia Serikat
paling lambat tanggal 1 Januari 1950.
Menanggapi rekomendasi Konferensi New Delhi, Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan sebuah resolusi tanggal 28 Januari
1949 yang isinya:
a. penghentian operasi militer dan gerilya,
b. pembebasan tahanan politik Indonesia oleh Belanda,
c. pemerintah RI kembali ke Yogyakarta, dan
d. akan diadakan perundingan secepatnya.
Dampak Konferensi Asia di New Delhi sangat jelas. Indonesia
semakin mendapat dukungan internasional dalam perjuangan
mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda.                               
                                                             13


7. Perundingan Roem - Royen
     Terjadinya Agresi Militer Belanda menimbulkan
reaksi yang cukup keras dari Amerika Serikat dan
Inggris, bahkan PBB. Hal ini tidak lepas dari kemampuan
pada diplomat Indonesia dalam memperjuangkan
dan menjelaskan realita di PBB. Salah satunya
adalah L.N. Palar.
Sebagai reaksi dari Agresi Militer Belanda, PBB
memperluas kewenangan KTN. Komisi Tiga Negara
diubah menjadi UNCI. UNCI kependekan dari United
Nations Commission for Indonesia. UNCI
dipimpin oleh Merle Cochran (Amerika
Serikat) dibantu Critchley (Australia)
dan Harremans (Belgia).
Hasil kerja UNCI di antaranya
mengadakan Perjanjian Roem-Royen
antara Indonesia Belanda. Perjanjian
Roem-Royen diadakan tanggal 14 April
1949 di Hotel Des Indes, Jakarta.
Sebagai wakil dari PBB adalah Merle
Cochran (Amerika Serikat), delegasi
Republik Indonesia dipimpin oleh Mr.
Moh. Roem, sedangkan delegasi Belanda
dipimpin oleh van Royen. Dalam
perundingan Roem-Royen, masing-masing pihak mengajukan
statement.
Statement tersebut adalah sebagai berikut;
Delegasi Indonesia menyatakan kesediaan pemerintah Republik Indonesia untuk:
a. menghentikan perang gerilya,
b. bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan, dan                                                                                               
                                                                   14


c. ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag untuk mempercepat pengakuan
kedaulatan kepada Negara Indonesia Serikat dengan tanpa syarat.
Pernyataan dari delegasi Belanda, yaitu:
a. menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta,
b. menjamin penghentian gerakan militer dan pembebasan semua tahanan politik,
c. tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang dikuasai
oleh RI sebelum 19 Desember 1948
d. menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari RIS, dan
e. berusaha agar KMB segera diadakan sesudah RI kembali ke Yogyakarta.
Dari dua usulan tersebut akhirnya diperoleh kesepakatan yang ditandatangani tanggal
7 Mei 1949. Kesepakatan antara lain:
a. Pemerintah RI dan Belanda sepakat untuk menghentikan tembak-menembak dan bekerja
sama untuk menciptakan keamanan.
b. Pemerintah Belanda akan segera mengembalikan pemerintah Indonesia ke Yogyakarta, dan
c. kedua belah pihak sepakat untuk menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di
Den Haag, Belanda.

8. Konferensi Meja Bundar (KMB)
     Konferensi Meja Bundar (KMB)
merupakan tindak lanjut dari
Perundingan Roem-Royen. Sebelum
KMB dilaksanakan, RI mengadakan
pertemuan dengan BFO (Badan
Permusyawaratan Federal). Pertemuan
ini dikenal dengan dengan                                                                                                                                                                   15


Konferensi Inter-Indonesia (KII)
Tujuannya untuk menyamakan langkah
dan sikap sesama bangsa Indonesia
dalam menghadapi KMB.
Konferensi Inter-Indonesia
diadakan pada tanggal 19 - 22 Juli 1949 di Yogyakarta dan tanggal
31 Juli sampai 2 Agustus 1949 di Jakarta. Pembicaraan difokuskan
pada pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). Keputusan yang
cukup penting adalah akan dilakukan pengakuan kedaulatan tanpa
ikatan politik dan ekonomi. Pada bidang pertahanan diputuskan:
a. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah
Angkatan Perang Nasional,
b. TNI menjadi inti APRIS, dan
c. negara bagian tidak memiliki angkatan perang sendiri.
KMB merupakan langkah nyata dalam diplomasi untuk mencari
penyelesaian sengketa Indonesia – Belanda. Kegiatan KMB
dilaksanakan di Den Haag, Belanda tanggal 23 Agustus sampai 2
November 1949. Dalam KMB tersebut dihadiri delegasi Indonesia,
BFO, Belanda, dan perwakilan UNCI.
Berikut ini para delegasi yang hadir dalam KMB.
a. Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr.
Moh. Roem, Prof.Dr. Mr. Soepomo.
b. BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
c. Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.
d. UNCI diwakili oleh Chritchley.
Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang,
akhirnya KMB menghasilkan beberapa keputusan
berikut.
a. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang
merdeka dan berdaulat.
b. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal
30 Desember 1949.
c. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam                     
                                                                 16



waktu 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS.
d. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan
Uni Indonesia Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
e. Kapal-kapal perang Belanda akan
ditarik dari Indonesia dengan catatan
beberapa korvet akan diserahkan
kepada RIS.
f. Tentara Kerajaan Belanda selekas
mungkin ditarik mundur, sedang Tentara
Kerajaan Hindia Belanda (KNIL)
akan dibubarkan dengan catatan bahwa
para anggotanya yang diperlukan akan
dimasukkan dalam kesatuan TNI.
Pada tanggal 27 Desember 1949 dilaksanakan
penandatanganan pengakuan
kedaulatan secara bersamaan di Belanda
dan di Indonesia. Di negeri Belanda, Ratu
Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Dress,
Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J. A.
Sassen, dan Drs. Moh. Hatta, bersama
menandatangani naskah pengakuan
kedaulatan. Sedangkan di Jakarta Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan Wakil Tinggi
Mahkota Belanda A.H.J. Lovink menandatangani
naskah pengakuan kedaulatan.
Berikut ini dampak dan pengaruh KMB
bagi rakyat Indonesia.
a. Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
b. Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan
segera dapat dimulai.
c. Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia
Serikat.
d. Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi             
Kemerdekaan 17 Agustus 1945.                                                                    
                                                                           17



b.PERISTIWA-PERISTIWA POLITIK
    DAN EKONOMI INDONESIA
    PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN
A.Berbagai Faktor yang Memengaruhi Proses Kembalinya Revublik Indonesia Sebagai Negara Kesatuan

       Bagian penting dari keputusan KMB adalah terbentuknya
Negara Republik Indonesia Serikat. Memang hasil KMB diterima
oleh Pemerintah Republik Indonesia, namun hanya “ setengah hati.”
Hal ini terbukti dengan munculnya perbedaan dan pertentangan
antarkelompok bangsa. Dua kekuatan besar yang saling berseberangan
yaitu:
1. kelompok unitaris, artinya kelompok pendukung Negara
Kesatuan Republik Indonesia; dan
2. kelompok pendukung Negara Federal-RIS.
Dampak dari terbentuknya Negara RIS adalah
konstitusi yang digunakan bukan lagi UUD 1945,
melainkan Konstitusi RIS tahun 1949. Dalam pemerintahan
RIS jabatan presiden dipegang oleh Ir.
Soekarno, dan Drs. Mohammad Hatta sebagai perdana
menteri. Perlu diingat bahwa dalam Konstitusi RIS 1949
tidak mengenal jabatan wakil presiden.
Berdasarkan pandangan kaum nasionalis
pembentukan RIS merupakan strategi pemerintah
kolonial Belanda untuk memecah belah kekuatan
bangsa Indonesia sehingga Belanda akan mudah
mempertahankan kekuasaan dan pengaruhnya di                                           
                                                              18



Republik Indonesia. Kelompok ini sangat menentang
dan menolak ide federasi dalam bentuk negara RIS.
Pada akhirnya kelompok unitaris semakin
memperoleh simpati. Berikut ini sejumlah faktor yang
memengaruhi proses kembalinya negara RIS menjadi
NKRI.
1. Bentuk negara RIS bertentangan dengan cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
2. Pembentukan negara RIS tidak sesuai dengan
kehendak rakyat.
3. Bentuk RIS pada dasarnya merupakan warisan
dari kolonial Belanda yang tetap ingin
berkuasa di Indonesia.
4. Berbagai masalah dan kendala politik, ekonomi,
sosial, dan sumber daya manusia dihadapi oleh
negara-negara bagian RIS.
       Pada tanggal 17 Agustus 1950, Presiden
Soekarno membacakan Piagam terbentuknya NKRI.
Peristiwa ini juga menandai berakhirnya bentuk RIS.
Indonesia kembali menjadi negara kesatuan.
B. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Indonesia
Pasca Pengakuan Kedaulatan
       Pasca pengakuan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949,
permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia di bidang
ekonomi sangatlah kompleks. Berikut ini masalah-masalah tersebut.
1. Belum terwujudnya kemerdekaan ekonomi
       Kondisi perekonomian Indonesia pasca pengakuan kedaulatan masih dikuasai oleh asing.
Untuk itu para ekonom menggagas untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi
ekonomi nasional. Salah satu tokoh ekonom itu adalah Sumitro Djoyohadikusumo. Ia                                                                          19



berpendapat bahwa bangsa Indonesia harus selekasnya ditumbuhkan kelas pengusaha.
Pengusaha yang bermodal lemah harus diberi bantuan modal. Program ini dikenal dengan
gerakan ekonomi Program Benteng. Tujuannya untuk melindungi usaha-usaha pribumi.
Ternyata program benteng mengalami kegagalan. Banyak pengusaha yang menyalahgunakan
bantuan kredit untuk mencari keuntungan secara cepat.
2. Perkebunan dan instalasi-instalasi industri rusak
       Akibat penjajahan dan perjuangan fisik, banyak sarana prasarana dan instalasi industri
mengalami kerusakan. Hal ini mengakibatkan kemacetan dalam bidang industri, kondisi ini
mempengaruhi perekonomian nasional.
3. Jumlah penduduk meningkat cukup tajam
       Pada pasca pengakuan kedaulatan, laju pertumbuhan penduduk meningkat. Pada tahun
1950 diperkirakan penduduk Indonesia sekitar 77,2 juta jiwa. Tahun 1955 meningkat menjadi
85,4 juta. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat berakibat pada peningkatan impor makanan.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk kebutuhan akan lapangan kerja meningkat. Kondisi
tersebut mendorong terjadinya urbanisasi.
4. Utang negara meningkat dan inflasi cukup tinggi
       Setelah pengakuan kedaulatan, ekonomi Indonesia tidak stabil. Hal itu ditandai dengan
meningkatnya utang negara dan meningginya tingkat inflasi. Utang Indonesia meningkat
karena Ir. Surachman (selaku Menteri Keuangan saat itu) mencari pinjaman ke luar negeri
                                                           20


untuk mengatasi masalah keuangan negara. Sementara itu, tingkat inflasi Indonesia meninggi
karena saat itu barang-barang yang tersedia di pasar tidak dapat mencukupi kebutuhan
masyarakat. Akibatnya, harga barang-barang kebutuhan naik. Untuk mengurangi inflasi,
pemerintah melakukan sanering pada tanggal 19 Maret 1950. Sanering adalah kebijakan
pemotongan uang. Uang yang bernilai Rp,5,- ke atas berlaku setengahnya.
5. Defisit dalam perdagangan internasional
       Perdagangan internasional Indonesia menurun. Hal ini disebabkan Indonesia belum
memiliki barang-barang ekspor selain hasil perkebunan. Padahal sarana dan produktivitas
perkebunan telah merosot akibat berbagai kerusakan.
6. Kekurangan tenaga ahli untuk menuju ekonomi nasional
       Pada awal pengakuan kedaulatan, perusahaan-perusahaan yang ada masih merupakan
milik Belanda. Demikian juga tenaga ahlinya. Tenaga ahli masih dari Belanda, sedang tenaga
Indonesia hanya tenaga kasar. Oleh karena itu Mr. Iskaq Tjokroadikusuryo melakukan kebijakan
Indonesianisasi. Kebijakan ini mendorong tumbuh dan berkembangnya pengusaha swasta
nasional. Langkahnya dengan mewajibkan perusahaan asing memberikan latihan kepada tenaga
bangsa Indonesia.
7. Rendahnya Penanaman Modal Asing (PMA) akibat konflik Irian Barat
       Akibat konflik Irian Barat kondisi politik tidak stabil. Bangsa Indonesia banyak melakukan
nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda. Sebagai dampak nasionalisasi, investasi
                                                          21



asing mulai berkurang. Investor asing tidak berminat menanamkan modalnya di Indonesia.
8. Terjadinya disinvestasi yang tajam dalam tahun 1960-an
       Pada tahun 1960-an terjadi disinvestasi yang cukup tajam akibat konflik Irian Barat. Akibatnya
kapasitas produksi menurun karena terjadi salah urus dalam perusahaan.
c.Pemilihan Umum Tahun 1955

        1. Situasi Politik di Indonesia Sebelum Pemilu Tahun
1955
Kondisi perpolitikan di Indonesia sebelum dilaksanakan Pemilu
tahun 1955 ada dua ciri yang menonjol, yaitu munculnya banyak
partai politik (multipartai) dan sering terjadi pergantian kabinet/
pemerintahan.
Setelah kembali ke bentuk negara kesatuan, sistem demokrasi
yang dianut adalah Demokrasi Liberal Sistem pemerintahannya
adalah kabinet parlementer. Pada masa ini perkembangan partai
politik diberikan ruang yang seluas-luasnya. Dari tahun 1950-1959,
terdapat tujuh kabinet yang memerintah.
a. Kabinet Mohammad Natsir (7 September 1950 – Maret 1951)
       Kabinet Natsir merupakan suatu Zaken Kabinet, intinya adalah Partai Masyumi. Kabinet
ini menyerahkan mandatnya tanggal 21 Maret 1951, setelah adanya mosi yang menuntut
pembekuan dan pembubaran DPRD Sementara. Penyebab lainnya adalah seringnya
mengeluarkan Undang Undang Darurat yang mendapat kritikan dari partai oposisi.
                                                         22




b.      Kabinet Sukiman (April 1951- Februari 1952)
                                                                                                                                
Kabinet Sukiman merupakan koalisi antara Masyumi dengan PNI. Pada masa Kabinet
Sukiman muncul berbagai gangguan keamanan, misalnya DI/TII semakin meluas dan
Republik Maluku Selatan.
Kabinet ini jatuh karena kebijakan politik luar negerinya diangap condong ke Serikat.
Pada tanggal 15 Januari 1952 diadakan penandatanganan Mutual Security Act (MSA). Perjanjian
ini berisi kerja sama keamananan dan Serikat akan memberikan bantuan ekonomi dan
militer.
c. Kabinet Wilopo (April 1952- Juni 1953)
       Kabinet Wilopo didukung oleh PNI, Masyumi, dan PSI. Prioritas utama program kerjanya
adalah peningkatan kesejahteraan umum.
Peristiwa penting yang terjadi semasa pemerintahannya adalah peristiwa 17 Oktober
1952 dan peristiwa Tanjung Morawa. Peristiwa 17 Oktober 1952, yaitu tuntutan rakyat yang
didukung oleh Angkatan Darat yang dipimpin Nasution, agar DPR Sementara dibubarkan
diganti dengan parlemen baru. Sedang Peristiwa Tanjung Morawa (Sumatra Timur) mencakup
persoalan perkebunan asing di Tanjung Morawa yang diperebutkan dengan rakyat yang
mengakibatkan beberapa petani tewas.
d. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953-24 Juli 1955)
       Kabinet ini dikenal dengan Kabinet Ali Wongso (Ali Sastroamijoyo dan Wongsonegoro).
Prestasi yang dicapai adalah terlaksananya Konferensi di Bandung 18-24 April 1955.
                                                                    23
                                        


e. Kabinet Burhanudin Harahap (Agustus 1955 – Maret 1956)
        Kabinet ini dipimpin oleh Burhanudin Harahap dengan inti Masyumi. Keberhasilan yang
diraih adalah menyelenggarakan pemilu pertama tahun 1955. Karena terjadi mutasi di beberapa
kementerian, maka pada tanggal 3 Maret 1956 Burhanudin Harahap menyerahkan mandatnya.
f. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (Maret 1956 – Maret 1957)
       Program Kabinet Ali II disebut Rencana Lima Tahun. Program ini memuat masalah
jangka panjang, misalnya perjuangan mengembalikan Irian Barat. Muncul semangat anti-
Cina dan kekacauan di daerah-daerah sehingga menyebabkan kabinet goyah. Akhirnya
pada Maret 1957, Ali Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya.
g. Kabinet Djuanda (Maret 1957 – April 1959)
       Kabinet Djuanda sering dikatakan sebagai Zaken Kabinet, karena para menterinya
merupakan ahli dan pakar di bidangnya masing-masing. Tugas Kabinet Djuanda melanjutkan
perjuangan membebaskan Irian Barat dan menghadapi keadaan ekonomi dan keuangan
yang buruk. Prestasi yang diraih adalah berhasil menetapkan lebar wilayah Indonesia menjadi
12 mil laut diukur dari garis dasar yang menghubungkan titik-titik terluar dari Pulau Indonesia.
Ketetapan ini dikenal sebagai Deklarasi Djuanda.
Kabinet ini menjadi demisioner ketika Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5
Juli 1959.
2. Pelaksanaan Pemilu Tahun 1955
       Penyelenggaraan Pemilu tahun 1955 merupakan                                       
                                                          24



pemilu yang pertama dilaksanakan oleh bangsa
Indonesia. Pemilu diselenggarakan pada masa
pemerintahan Kabinet Burhanudin Harahap. Pemilu
dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tanggal 29 September
1955 untuk memilih anggota DPR, dan tanggal
15 Desember 1955 untuk memilih anggota Badan
Konstituante (Badan Pembentuk UUD).
Hasil pemilu tahun 1955 menunjukkan ada empat partai yang
memperoleh suara terbanyak yaitu PNI (57 wakil), Masyumi
(57 wakil), NU (45 wakil), dan PKI (39 wakil).
Dari segi penyelenggaraan, pemilu tahun 1955 dapat dikatakan
berjalan dengan bersih dan jujur karena suara yang diberikan
masyarakat mencerminkan aspirasi dan kehendak politik mereka.
Akan tetapi, kampanye yang relatif terlalu lama (2,5 tahun) dan
bebas telah mengundang emosi politik yang amat tinggi, terutama
kecintaan yang berlebihan terhadap partai.
Pemilu tahun 1955 ternyata tidak mampu menciptakan
stabilitas poltik seperti yang diharapkan. Bahkan muncul
perpecahan antara pemerintahan pusat dengan beberapa daerah.
Kondisi tersebut diperparah dengan ketidakmampuan anggota
Konstituante untuk mencapai titik temu dalam menyusun UUD baru
untuk mengatasi kondisi negara yang kritis. Pada tanggal 5 Juli
1959 Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit. Dekrit ini dikenal
dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
D.Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan  Dampak yang Ditimbulkan
1. Situasi Politik Menjelang Dekrit Presiden
       Sistem Demokrasi Liberal ternyata membawa
akibat yang kurang menguntungkan bagi stabilitas
politik. Berbagai konflik muncul ke permukaan.
Misalnya konflik ideologis, konflik antarkelompok                                         
                                                                      25



dan daerah, konflik kepentingan antarpartai politik.
Hal ini mendorong Presiden Soekarno untuk
mengemukakan Konsepsi Presiden pada tanggal 21
Februari 1957.Berikut ini isi Konsepsi Presiden.
a. Penerapan sistem Demokrasi Parlementer secara
Barat tidak cocok dengan kepribadian Indonesia,
sehingga sistem demokrasi parlementer harus
diganti dengan Demokrasi Terpimpin.
b. Membentuk Kabinet Gotong Royong yang anggotanya semua
partai politik.
c.Segera dibentuk Dewan Nasional.

2. Sidang Konstituante Menjelang Keluarnya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
       Dari pemilu tahun 1955 terbentuk dewan
konstituante. Badan ini bertugas menyusun UUD yang
baru. Anggota Konstituante terbagi dalam dua
kelompok yaitu kelompok Islam dan kelompok
nasionalis, kedua kelompok sulit mencapai kata sepakat
dalam pembahasan isi UUD. Dalam sidang sering terjadi
perpecahan pendapat. Setiap wakil partai memaksakan
pendapatnya. Akibatnya gagal menghasilkan UUD. Hal
ini mendorong presiden menganjurkan konstituante
untuk kembali menggunakan UUD 1945. Untuk mewujudkan
anjuran tersebut maka, diadakan pemungutan
suara sampai tiga kali. Akan tetapi hasilnya belum
mencapai batas quorum, dua pertiga suara. Akibatnya
Dewan Konstituante gagal mengambil keputusan.
Untuk mengatasi masalah tersebut pada tanggal 5 Juli
1959 presiden mengeluarkan dekrit. Isi Dekrit Presiden
tanggal 5 Juli 1959 yaitu:                                                                                      
                                                 26



a. pembubaran Konstituante;
b. berlakunya kembali UUD 1945, dan tidak berlakunya lagi
UUDS 1950;
c. akan dibentuk MPRS dan DPAS.
Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit sebagai langkah untuk
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Keluarnya Dekrit Presiden
menandai berakhirnya Demokrasi Liberal dan dimulainya Demokrasi
Terpimpin.
3. Tindak Lanjut Dekrit Presiden 5 Juli 1959
       Setelah keluarnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 terjadi
beberapa perkembangan politik dan ketatanegaraan di Indonesia.
a. Pembentukan Kabinet Kerja, dengan programnya yang disebut Tri Program, isinya:
1) memperlengkapi sandang pangan rakyat,
2) menyelenggarakan keamanan rakyat dan negara, serta
3) melanjutkan perjuangan menentang imperialisme untuk mengembalikan Irian Barat.
b. Penetapan DPR hasil pemilu 1955 menjadi DPR tanggal 23 Juli 1959.
c. Pembentukan MPRS dan DPAS. Tugas MPRS adalah menetapkan GBHN. Sedangkan tugas
DPAS adalah sebagai penasihat atau memberi pertimbangan pada presiden.
d. MPRS dan DPAS juga dibentuk BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dan Mahkamah Agung
(MA). BPK bertugas memeriksa penggunaan uang negara oleh pemerintah, MA berperan
sebagai lembaga tinggi negara.
e. Pembentukan DPR-GR. Pada tahun 1960, Presiden Soekarno membubarkan DPR hasil
pemilu. Alasannya adalah penolakan DPR terhadap usulan Anggaran Belanja Negara yang-
                                                                                                                                                         
                                                                  27




diajukan presiden. Selanjutnya pada tanggal 24 Juni 1960, Presiden Soekarno membentuk
DPR-GR (DPR Gotong Royong).
f. Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas) dan Front Nasional. Depernas
bertugas menyusun rancangan pembangunan semesta yang berpola delapan tahun. Front
Nasional tugasnya mengerahkan massa. Badan ini berperan penting dalam pengganyangan
Malaysia dan pembebasan Irian Barat, terutama melalui Front Nasional Pembebasan Irian
Barat (FNPIB).
g. Penetapan GBHN. Manifesto Politik (Manipol) merupakan sebutan pidato Presiden
Soekarno dalam peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus
1959. Pidato tersebut aslinya berjudul” Penemuan Kembali Revolusi Kita”. Oleh DPAS
dalam sidangnya tanggal 23-25 September 1959, diusulkan agar Manipol ditetapkan sebagai
GBHN. Manipol itu mencakup USDEK yang terdiri dari UUD 1945, Sosialisme Indonesia,
Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia. Manipol dan USDEK
sering disebut dengan Manipol USDEK.
Dalam Tap MPRS itu juga diputuskan bahwa pidato presiden “Jalannya Revolusi Kita” dan “To
Build the World a New” (membangun dunia kembali) Menjadi pedoman pelaksanaan Manifesto
Politik.    

                                                                  28


4.Dampak Lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959                                                                                                                               
Dekrit Presiden ternyata memiliki beberapa dampak, berikut.
a. Terbentuknya lembaga-lembaga baru yang sesuai dengan
tuntutan UUD 1945, misalnya MPRS dan DPAS.
b. Bangsa Indonesia terhindar dari konflik yang berkepanjangan
yang sangat membahayakan persatuan dan kesatuan.
c. Kekuatan militer semakin aktif dan memegang peranan penting
dalam percaturan politik di Indonesia.
d. Presiden Soekarno menerapkan Demokrasi Terpimpin.
e. Memberi kemantapan kekuasaan yang besar kepada presiden,
MPR, maupun lembaga tinggi negara lainnya.
E. Kehidupan Politik pada Masa
 Demokrasi Terpimpin
1. Kondisi Politik Dalam Negeri pada Masa Demokrasi
Terpimpin
       Demokrasi Terpimpin yang menggantikan sistem Demokrasi
Liberal, berlaku tahun 1959 – 1965. Pada masa Demokrasi Terpimpin
kekuasaan presiden sangat besar sehingga cenderung ke arah
otoriter. Akibatnya sering terjadi penyimpangan terhadap UUD
1945. Berikut ini beberapa penyimpangan terhadap Pancasila dan
UUD 1945 yang terjadi semasa Demokrasi Terpimpin.                                     
                                                                    29



a. Pembentukan MPRS melalui Penetapan Presiden No. 2/1959.
b. Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh presiden.
c. Presiden membubarkan DPR hasil pemilu tahun 1955.
d. GBHN yang bersumber pada pidato Presiden tanggal 17
Agustus 1959 yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi
Kita” ditetapkan oleh DPA bukan oleh MPRS.
e. Pengangkatan presiden seumur hidup.
Dalam periode Demokrasi Terpimpin, Partai
Komunis Indonesia (PKI) berusaha menempatkan
dirinya sebagai golongan yang Pancasilais. Kekuatan
politik pada Demokrasi Terpimpin terpusat di tangan
Presiden Soekarno dengan TNI-AD dan PKI di
sampingnya.
Ajaran Nasakom (Nasionalis-Agama-Komunis)
ciptaan Presiden Soekarno sangat menguntungkan
PKI. Ajaran Nasakom menempatkan PKI sebagai
unsur yang sah dalam konstelasi politik Indonesia.
Dengan demikian kedudukan PKI semakin kuat PKI semakin
meningkatkan kegiatannya dengan berbagai isu yang memberi citra
sebagai partai yang paling manipolis dan pendukung Bung Karno
yang paling setia.
Selama masa Demokrasi Terpimpin, PKI terus melaksanakan                         
                                                                   30



program-programnya secara revolusioner. Bahkan mampu menguasai
konstelasi politik. Puncak kegiatan PKI adalah
melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah
pada tanggal 30 September 1965.
2. Politik Luar Negeri Masa Demokrasi
Terpimpin
       Politik luar negeri masa Demokrasi Terpimpin
lebih condong ke blok Timur. Indonesia banyak
melakukan kerja sama dengan negara-negara blok
komunis, seperti Uni Soviet, RRC, Kamboja, maupun
Vietnam. Berikut ini beberapa contoh pelaksanaan politik luar negeri
masa Demokrasi Terpimpin.
a. Oldefo dan Nefo
       Oldefo (The Old Established Forces), yaitu dunia
lama yang sudah mapan ekonominya, khususnya
negara-negara Barat yang kapitalis. Nefo (The
New Emerging Forces), yaitu negara-negara baru.
Indonesia menjauhkan diri dari negara-negara
kapitalis (blok oldefo) dan menjalin kerja sama
dengan negara-negara komunis (blok nefo). Hal
                                                                                                                                                                                                                               31


ini terlihat dengan terbentuknya Poros Jakarta –
Peking (Indonesia – Cina) dan Poros Jakarta – Pnom
Penh – Hanoi – Peking – Pyongyang ( Indonesia –
Kamboja – Vietnam Utara - Cina – Korea Utara).
b. Konfrontasi dengan Malaysia
       Pada tahun 1961 muncul rencana pembentukan
negara Federasi Malaysia yang terdiri dari Persekutuan
Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah.
Rencana tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno
karena dianggap sebagai proyek neokolonialisme
dan dapat membahayakan revolusi Indonesia yang
belum selesai. Keberatan atas pembentukan Federasi
Malaysia juga muncul dari Filipina yang mengklaim
daerah Sabah sebagai wilayah negaranya.
Pada tanggal 9 Juli 1963 Perdana Menteri Tengku Abdul Rahman
menandatangani dokumen tentang pembentukan Federasi Malaysia.
Kemudian, tanggal 16 September 1963 pemerintah Malaya
memproklamasikan berdirinya Federasi Malaysia.
Menghadapi tindakan Malaysia tersebut, Indonesia mengambil
kebijakan konfrontasi. Pada tanggal 17 September 1963 hubungan
diplomatik antara dua negara putus. Selanjutnya pada tanggal 3 Mei
1964 Presiden Soekarno mengeluarkan Dwi Komando Rakyat                      
                                                                           32



(Dwikora), isinya:
1) perhebat ketahanan revolusi Indonesia, dan
2) bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura,
Serawak, Sabah, dan Brunei untuk memerdekakan diri dan
menggagalkan negara boneka Malaysia.
Di tengah situasi konflik Indonesia - Malaysia, Malaysia
dicalonkan sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Masalah ini mendapat reaksi keras dari Presiden Soekarno. Namun
akhirnya Malaysia tetap terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB. Terpilihnya Malaysia tersebut mendorong Indonesia
keluar dari PBB. Secara resmi Indonesia keluar dari PBB pada tanggal
7 Januari 1965.









                                                                                                                                                                                 33

                                                                            Bab 3
Kesimpulan & penutup
a.Kesimpulan
* Perjuangan para pahlawan dalam upaya mempertahankan kemerdekaan
sangat berat. Oleh karena itu sebagai generasi muda yang hidup di masa
kemerdekaan, kalian harus menghargai jasa para pahlawan dan mengisi
kemerdekaan dengan sebaik-sebaiknya. Misalnya belajar giat, prestasi yang
dapat mengharumkan nama bangsa, dan lain-lain.
* Salah satu cara menghargai jasa para pahlawan adalah meneladani nilainilai
perjuangan mereka seperti rela berkorban, semangat patriotisme,
pantang menyerah, cinta tanah air, dan bangsa, dan lain-lain.
* Demokrasi Liberal tidak cocok diterapkan di Indonesia karena tidak sesuai
dengan jiwa bangsa Indonesia yang termaktub dalam Pancasila.
* Perbedaan pendapat dalam suatu forum merupakan hal yang wajar dalam
negara demokrasi, namun jangan sampai hanya karena perbedaan tersebut
kita menjadi terpecah belah.
* Berkaca dari masa lalu, setiap permasalahan hendaklah diselesaikan
dengan jalan musyawarah mufakat dengan asas kekeluargaan, bukan saling
menjatuhkan.
                                                        34


b.penutup
       Puji syukur kami panjatkan kehadirat alloh swt. Karena dengan rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan dan membuat Makalah IPS Terpadu ini.
       Dengan dibuat nya Makalah ini mudah-mudahan saya dapat  lebih aktif belajar,kratif,pintar,cerdas,dan mengetahui banyak hal.
Mudah-mudahan Makalah ini bisa bermanfaat bagi saya,maupun orang lain
       Dan Makalah IPS Terpadu ini ditujukan untuk memenuhi salahsatu tugas dari Bapak Guru mata pelajaran IPS Terpadu. Terimakasih kepada Bapak Guru mata pelajaran IPS Terpadu, karena telah memberikan tugas ini kepada saya. Karena dengan membuat Makalah ini saya menjadi lebih tahu banyak hal yang bersangkutan dengan materi yang ada di dalam Makalah ini.
       Demikian Makalah ini saya buat, apabila ada kekurangan dalam penulisan materi atau hal-hal yang lain dalam Makalah ini, mohon berikan kritik,saran dan komentar anda karena pendapat dari anda sangatlah penting bagi saya.
       Wasalam……



                                                                                                                                     



                                                                      35

 Daftar pustaka
Album Pahlawan Bangsa. 2004.Jakarta:PT Mutiara Sumber Widya.
Curry,Jefrey E.2001.Memahami Ekonomi Internasional.Jakarta:Penerbit
       PPM
Dake,C.A.Antoni.2006.Soekarno File,Kronologi Suatu Keruntuhan.Jakarta:
       Aksara Karunia.
Depdiknas.2003.Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Geografi untuk SMP dan
       MTs. Jakarta:Pusat Kurikulum Depdiknas.
Hendra Halwani.2005.Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi, edisi
       Kedua.Bogor:Ghalia Indonesia.
Internet.2004 Wikipedia.Internet Bebas Bahasa Indonesia. Geografi Asia
       Tenggara.
Mabes ABRI.2000.Tri Komando Rakyat Pembebasan Irian Barat. Jakarta:
       Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI.
Marwati Djoenet p.dan Nugroho Noto Susanto.1993.sejarah Nasional Indo-
       nesia VI.Jakarta:balai Pustaka.
Reid,Anthony.1974.Indonesia Nasional Revolition 1945-1950.Ausrtalia:
       Lognman.
Tim Penyusun kamus Pusat Bahasa.2002.Kamus Besar bahasa Indonesia.
       Jakarta:PT Balai Pustaka.
                                                                                                                                   

                                                                                                                     36

2 comments: