Saturday, January 31, 2015
Video Lucu, Kompilasi R2I (Rahmat, Rizal, Irman)
Video Lucu, Kompilasi R2I ( Rahmat, Rizal, Irman), tonton ya, insya alloh lucu dan pastinya berkualitas pasti bisa terhibur deh.
Contoh Makalah IPS Kelas IX SMP -Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia & Peristiwa2 Politik dan Ekonomi Pasca Pengakuan Kedaulatan-
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat
alloh swt. Karena dengan rahmat dan kaunia-Nya saya dapat membuat makalah ini.
Ilmu Pengatahuan Sosial/IPS merupakan
salahsatu mata pelajaran yang diberikan
di tingkat SMP/MTs. Pada jenjang SMP/MTs, pelajaran IPS mencakup matri
Geografi,Ekononi,Sejarahmaupun Sosiologi yang dibeerikan secara terpadu.
Melalui buku makalah ini saya harap Bapak Guru memberikan nilai yang terbaik
untuk saya.Buku Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari Bapak
Guru mata pelajaran IPS Terpadu. Materi dalam Makalah ini disajikan dengan
pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) sehingga materi dalam Makalah
ini insya alloh berkualitas.
Makalah ini ditulis dari berbagai sumber
yang ada. Inti pembahasan dari Makalah ini adalah tentang; Usaha Memperahnkan
Kemerdekaan Indonesia & Peristiwa Politik Dan Ekonomi Indonesia Pasca
Pengakuan Kedaulatan.Ada tiga keunggulan dari Makalah ini; -Menyajikan materi
secara kronologis, -Menyajikan materi secara padat dan jelas, -Seluruh matri
tersebut disajikan dalam gaya bahasa yang enak dan sesuai dengan bahasa kita
sehari-hari.
Denan Makalah yang seperti ini, semoga
Makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Apabila Makalah ini mempunya kekurangan
mohon di maafkan karena saya baru belajar. Saya mengucapkan terimakasih kepada
teman-teman semua,Guru-Guru,alloh swt,kedua orang tua,serta pihak-pihak yang
telah membantu menyempurnakan Makalah ini sehingga layak diserahkan kepada Guru
mata pelajaran IPS Terpadu.
Hegarmanah,21 Oktober 2014
Penyusun.
Rahmat Gunawan
i
i
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………………………………………............. i
Daftar
Isi………………………………...…………………....
ii
BAB1 PENDAHULUAN………………………..…………... 1
BAB
2 PEMBAHASAN
USAHA MEMPERTAHANKAN
KEMERDEKAAN INDONESIA.. 3
KEMERDEKAAN INDONESIA.. 3
A.Perjuangan Rakyat dan Pemerintah
di daerah dalam
Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia........................ 3
Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia........................ 3
B.Perjuangan Bangsa Indonesia
Melawan Belanda
dalam Forum Internasional dan perlawanan terhadap
Negara Kesatuan Revublik Indonesi............……………. 9
dalam Forum Internasional dan perlawanan terhadap
Negara Kesatuan Revublik Indonesi............……………. 9
PERISTIWA-PERISTIWA POLITIK dan
EKONOMI
INDONESIA PASCA
INDONESIA PASCA
PENGAKUAN
KEDAULATAN………...............……. 18
BAB
3 KESIMPULAN dan PENUTUP
A.Kesimpulan…………………………………………..
34
B.Penutup……………………………...……………… 35
DAFTAR PUSTAKA…………………….................……….. 36
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penulisan
Kemerdekaan Indonesia mendapat gangguan dari pihak Belanda. Hal ini
terbukti dengan adanya pasukan Belanda yang ikut membonceng pasukan sekutu.
Belanda ingin Menjajah Indonesia kembali, akan tetapi rakyat berjuang sekuat
tenaga mempertahankan kemerdekaan .
Pasca pengakuan kedaulatan, bangsa Indonesia mengalami permasala-
han ekonomi yang sangat kompleks. Misalnya
Infasi tinggi,rusaknya infrastruktur,hutan Negara meningkat, defisit
anggaran,rendahnya investasi
,dan lain sebagainya.
Di bidang Politik, sesuai dengan UUDS 1950. Maka Indonesia menerapk-
an Demokrasi Liberal dengan sistem kabinet
Parlementer. Akibatnya munc-
ul banyak partai Politik.
Latar belakang penulisan Makalah ini ditulis dari berbagai sumber, dan
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salahsatu
tugas dari Bapak Guru mata pelajaran IPS Terpadu.
B. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk Mengetahui Faktor
Faktor yang menyebabkan terjadinya
konflik antara Indonesia &
Belanda 2. Untuk
mengetahui tentang peran dunia internasional dalam penyelesaian
konflik Indonesia-Belanda.
2. Untuk mengetahui tentang Politik.
3. Untuk mengetahui tentang Ekonomi pasca
pengakuan kedaulatan.
C.
Manfaat Penulisan
Untuk menembah wawasan,menambah Ilmu,melatih tulisan tangan,men
1
getahui hal-hal yang belum di ketahui. Pada
penulisan Makalah ini semua materinya bukan hasil karangan semata,Makalah ini
insya alloh akan bermanfaat untuk memebantu proses pembelajaran yang saya
kerjakan.
Terimakasih…!
2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Usaha mempertahankan kemerdekaan
Indonesia
A. Perjuangan Rakyat dan Pemerintah di Daerah
dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Indonesia
Penyerahan
kekuasaan Jepang kepada Sekutu
dilakukan oleh
Komando Asia Tenggara (South East Asia
Command atau SEAC) di bawah pimpinan Laksamana
Lord Louis
Mounbatten. Pasukan Sekutu yang bertugas
di Indonesia
adalah Allied Forces Netherlands East Indies
(AFNEI) yang
dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip
Christison. AFNEI
merupakan komando bawahan dari
SEAC. Tugas AFNEI
di Indonesia adalah:
1. menerima
penyerahan kekuasaan dari tangan
Jepang,
2. membebaskan
para tawanan perang dan interniran Sekutu,
3. melucuti
orang-orang Jepang dan kemudian dipulangkan ke
negaranya,
4. menjaga
keamanan dan ketertiban (law and order), dan
5. menghimpun
keterangan guna menyelidiki pihak-pihak yang
dianggap sebagai
penjahat perang.
Pada awalnya
rakyat Indonesia menyambut kedatangan
Sekutu dengan
senang. Akan tetapi setelah diketahui NICA ikut di
dalamnya, sikap
rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan.
Kedatangan NICA
di Indonesia didorong oleh keinginan menegakkan
kembali Hindia
Belanda dan berkuasa lagi di Indonesia. Datangnya
3
3
pasukan Sekutu
yang diboncengi NICA mengundang perlawanan
rakyat untuk
mempertahankan kemerdekaan. Berikut ini berbagai
perlawanan
terhadap Sekutu yang muncul di daerah-daerah.
1. Pertempuran Surabaya 10 November 1945
Surabaya merupakan kota pahlawan. Surabaya
menjadi ajang
pertempuran yang paling hebat selama
revolusi
mempertahankan kemerdekaan, sehingga
menjadi lambang
perlawanan nasional. Peristiwa di
Surabaya
merupakan rangkaian kejadian yang diawali
sejak kedatangan
pasukan Sekutu tanggal 25 Oktober
1945 yang
dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby.
Pada tanggal 30
Oktober 1945 terjadi pertempuran
yang hebat di
Gedung Bank Internatio di Jembatan
Merah.
Pertempuran itu menewaskan Brigjen Mallaby.
Akibat
meninggalnya Brigjen Mallaby, Inggris memberi
ultimatum, isinya
agar rakyat Surabaya menyerah kepada Sekutu.
Secara resmi
rakyat Surabaya, yang diwakili Gubernur Suryo menolak
ultimatum
Inggris. Akibatnya pada tanggal 10 November 1945 pagi
hari, pasukan
Inggris mengerahkan pasukan infantri dengan senjatasenjata
berat dan
menyerbu Surabaya dari darat, laut, maupun udara.
Rakyat Surabaya
tidak takut dengan gempuran Sekutu.
Bung Tomo
memimpin rakyat dengan berpidato
membangkitkan semangat
lewat radio. Pertempuran
berlangsung
selama tiga minggu. Akibat pertempuran
tersebut 6.000
rakyat Surabaya gugur.
Pengaruh
pertempuran Surabaya berdampak
luas di kalangan
internasional, bahkan masuk dalam
agenda sidang
Dewan Keamanan PBB tanggal 7-13
Februari 1946.
2. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20
4
4
November sampai
tanggal 15 Desember 1945, antara
pasukan TKR dan
Pemuda Indonesia melawan
pasukan Sekutu
(Inggris). Pertempuran Ambarawa
dimulai dari
insiden yang terjadi di Magelang pada
tanggal 26
Oktober 1945.
Pada tanggal 20
November 1945 di Ambarawa
pecah pertempuran
antara pasukan TKR di bawah
pimpinan Mayor
Sumarto melawan tentara Sekutu.
Pertempuran
Ambarawa mengakibatkan gugurnya
Letkol Isdiman,
Komandan Resimen Banyumas. Posisi
Letkol Isdiman
kemudian digantikan oleh Letkol
Soedirman. Kota
Ambarawa berhasil dikepung selama
4 hari 4 malam
oleh pasukan RI. Mengingat posisi yang telah terjepit,
maka pasukan
Sekutu meninggalkan kota Ambarawa tanggal
15 Desember 1945
menuju Semarang. Keberhasilan TKR mengusir
Sekutu dari
Ambarawa menjadi salah satu peristiwa penting dalam
perjuangan
mempertahankan kemerdekaan RI.
3. Pertempuran Medan Area 1 Desember 1945
Pada tanggal 9 Oktober 1945 tentara
Inggris yang diboncengi
oleh NICA
mendarat di Medan. Mereka dipimpin oleh Brigjen T.E.D
Kelly. Awalnya
mereka diterima secara baik oleh pemerintah RI di
Sumatra Utara
sehubungan dengan tugasnya untuk membebaskan
tawanan perang
(tentara Belanda).
Sebuah insiden
terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada tanggal
13 Oktober 1945.
Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA)
merampas dan
menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai
pemuda Indonesia.
Hal ini mengundang kemarahan para pemuda.
Akibatnya terjadi
perusakan dan penyerangan terhadap hotel yang
banyak dihuni
pasukan NICA.
Pada tanggal 1
Desember 1945, pihak Sekutu memasang papanpapan
yang bertuliskan Fixed
Boundaries Medan Area di berbagai
sudut kota Medan.
Sejak saat itulah Medan Area menjadi terkenal.
5
5
Pasukan Inggris
dan NICA mengadakan pembersihan terhadap
unsur Republik
yang berada di kota Medan.
Hal ini jelas
menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR untuk
melawan kekuatan
asing yang mencoba berkuasa kembali.
Pada tanggal 10
Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan
antara
komandan-komandan pasukan yang berjuang di Medan Area.
Pertemuan
tersebut memutuskan dibentuknya satu komando yang
bernama Komando
Resimen Laskar Rakyat Medan Area.
4. Bandung Lautan Api
Terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api
diawali dari
datangnya Sekutu pada bulan Oktober
1945. Peristiwa
ini dilatarbelakangi oleh ultimatum
Sekutu untuk
mengosongkan kota Bandung. Pada
tanggal 21
November 1945, Sekutu mengeluarkan
ultimatum pertama
isinya kota Bandung bagian
Utara
selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945
dikosongkan oleh
para pejuang. Ultimatum tersebut
tidak ditanggapi
oleh para pejuang.
Selanjutnya
tanggal 23 Maret 1946 Sekutu mengeluarkan
ultimatum
kembali. Isinya hampir sama dengan ultimatum yang
pertama.
Menghadapi ultimatum tersebut para pejuang kebingungan
karena mendapat
dua perintah yang berbeda. Pemerintah RI di
Jakarta
memerintahkan agar TRI mengosongkan kota Bandung.
Sementara markas
TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar Bandung
tidak
dikosongkan.
Akhirnya para
pejuang mematuhi perintah dari Jakarta. Pada
tanggal 23-24
Maret 1946 para pejuang meninggalkan Bandung.
Namun, sebelumnya
mereka menyerang Sekutu dan membumihanguskan
kota Bandung.
Tujuannya agar Sekutu tidak dapat
menduduki dan
memanfaatkan sarana-sarana yang vital. Peristiwa
ini dikenal
dengan Bandung Lautan Api. Sementara itu para pejuang
dan rakyat
Bandung mengungsi ke luar kota.
6
6
5. Puputan Margarana 20 November 1946
Perang Puputan Margarana di Bali diawali
dari
keinginan Belanda
mendirikan Negara Indonesia Timur
(NIT). Letkol I
Gusti Ngurah Rai, Komandan Resimen
Nusa Tenggara,
berusaha menggagalkan pembentukan NIT
dengan mengadakan
serangan ke tangsi NICA di Tabanan
tanggal 18
Desember 1946.
Konsolidasi dan
pemusatan pasukan Ngurah Rai (yang
dikenal dengan
nama pasukan Ciung Wanara) ditempatkan
di Desa Adeng
Kecamatan Marga. Belanda menjadi gempar
dan berusaha
mencari pusat kedudukan pasukan Ciung
Wanara. Pada
tanggal 20 November 1946 dengan kekuatan
besar Belanda
melancarkan serangan dari udara terhadap
kedudukan Ngurah
Rai di desa Marga.
Dalam keadaan
kritis, Letkol I Gusti Ngurah Rai
mengeluarkan perintah
“Puputan” yang berarti
bertempur sampai
habis-habisan (fight to the end).
Letkol I Gusti
Ngurah Rai gugur beserta seluruh
anggota pasukan
dalam pertempuran tersebut.
Jenazahnya
dimakamkan di desa Marga. Pertempuran
tersebut terkenal
dengan nama Puputan Margarana.
Gugurnya Letkol I
Gusti Ngurah Rai telah melicinkan
jalan bagi usaha
Belanda untuk membentuk Negara
Indonesia Timur.
6. Serangan Umum 1 Maret 1949
Dalam agresi militer II, Belanda berhasil
menangkap
para pemimpin
politik dan menduduki ibukota RI di
Yogyakarta.
Belanda ingin menunjukkan kepada dunia
bahwa
pemerintahan RI telah dihancurkan dan TNI tidak
memiliki kekuatan
lagi. Menghadapi tindakan Belanda
tersebut, TNI
menyusun kekuatan untuk melawan Belanda.
7
7
Puncak serangan
TNI adalah serangan umum terhadap
kota Yogyakarta
pada tanggal 1 Maret 1949, yang dipimpin
oleh Letkol
Soeharto. Sebelumnya, Letkol Soeharto mengadakan
koordinasi
terlebih dahulu dengan Sri Sultan
Hamengku Buwono
IX selaku Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dalam
serangan ini, TNI memakai sistem
wehrkreise.
Untuk memudahkan
penyerangan, maka dibentuk
beberapa sektor
yaitu:
a. sektor Barat
dipimpin oleh Mayor Ventje Sumual,
b. sektor Selatan
dan Timur dipimpin oleh Mayor Sardjono,
c. sektor Utara
dipimpin oleh Mayor Kusno,
d. sektor Kota
dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan
Masduki.
Pada malam hari
menjelang serangan umum,
pasukan-pasukan
telah merayap mendekati kota dan
melakukan
penyusupan-penyusupan. Pagi hari tanggal
1 Maret 1949
sekitar pukul 06.00 WIB tepat sirene
berbunyi,
serangan dilancarkan dari segala penjuru
kota. Letkol
Soeharto langsung memimpin penyerangan
dari sektor Barat
sampai batas Jalan Malioboro. Rakyat
membantu
memperlancar jalannya penyerangan dengan
memberikan
bantuan logistik. Dalam waktu enam jam
kota Yogyakarta
berhasil dikuasai TNI.
Pada pukul 12.00
WIB tepat, pasukan TNI mengundurkan diri.
Hal ini sesuai
dengan rencana yang ditentukan sejak awal.
Bersamaan dengan
itu bantuan Belanda tiba dengan kendaraan lapis
baja serta
pesawat terbang. Belanda melakukan serangan balasan.
Meskipun
demikian, serangan umum telah mencapai tujuannya.
Berikut ini
tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949.
a. Ke dalam
1) Mendukung perjuangan
yang dilakukan secara diplomasi.
8
8
2) Meninggikan
moral rakyat dan TNI yang sedang bergerilya.
b. Ke luar
1) Menunjukkan
kepada dunia internasional bahwa TNI
mempunyai
kekuatan untuk mengadakan ofensif.
2) Mematahkan moral
pasukan Belanda.
Untuk mengenang
para pejuang dan peristiwa Serangan
Umum 1 Maret 1949
maka pemerintah Yogyakarta membangun
“Monumen Yogya
Kembali”.
B. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan
Belanda dalam
Forum Internasional dan
Pengaruhnya
terhadap Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
Selain menggunakan perjuangan bersenjata,
para pemimpin
bangsa melakukan
perjuangan diplomasi. Untuk lebih jelasnya,
kalian pelajari
beberapa contoh perjuangan diplomasi bangsa
Indonesia dalam
berbagai forum internasional di bawah ini.
1. Diplomasi Beras Tahun 1946
Antara India dengan Indonesia terdapat
persamaan nasib dan
sejarah. Keduanya
sama-sama pernah dijajah dan menentang
penjajahan. Oleh
karenanya, ketika rakyat India mengalami
kekurangan bahan
makanan, pemerintah Indonesia menawarkan
bantuan padi
sejumlah 500.000 ton. Perjanjian bantuan Indonesia
kepada India
ditandatangani tanggal 18 Mei 1946. Perjanjian ini
sebenarnya
merupakan barter kedua negara, sebab India ternyata
juga memberikan
bantuan obat-obatan kepada Indonesia. Dampak
yang ditimbulkan
dari diplomasi beras adalah Indonesia semakin
mendapat simpati
dunia internasional dalam perjuangannya mengusir
Belanda.
2. Perundingan Linggarjati
9
9
Perundingan Linggarjati dilakukan pada
tangga 10
November 1946 di Linggarjati, dekat
Cirebon. Dalam
perundingan ini, Indonesia
diwakili oleh
Perdana Menteri Sutan Syahrir
sedangkan Belanda
diwakili oleh Prof.
Scermerhorn.
Perundingan tersebut dipimpin
oleh Lord
Killearn, seorang diplomat Inggris.
Berikut ini
beberapa keputusan Perundingan
Linggarjati.
a. Belanda
mengakui secara de facto Republik
Indonesia
meliputi Jawa, Madura, dan
Sumatra.
b. Republik
Indonesia dan Belanda akan bekerja sama
membentuk Negara
Indonesia Serikat, dengan
nama Republik
Indonesia Serikat, yang salah satu
negara bagiannya
adalah Republik Indonesia.
c. Republik
Indonesia Serikat dan Belanda akan
membentuk Uni
Indonesia Belanda dengan Ratu
Belanda sebagai
ketuanya.
Dalam
perkembangan selanjutnya, Belanda
melanggar
ketentuan perundingan tersebut dengan
melakukan agresi
militer I tanggal 21 Juli 1947.
3. Agresi Militer Belanda I (Tanggal 21 Juli
1947)
Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda
melancarkan
aksi polisionil
yang dikenal dengan agresi militer I.
Tujuannya adalah
untuk menguasai sarana-sarana
vital di Jawa dan
Madura. Jadi tujuan serangan ini
bersifat
ekonomis. Pasukan Belanda bergerak dari
Jakarta dan
Bandung untuk menduduki Jawa Barat,
dan dari Surabaya
untuk menduduki Madura.
Berbagai reaksi
bermunculan akibat agresi
militer I.
Belanda tidak menyangka apabila Amerika
10
10
Serikat dan
Inggris memberikan reaksi yang negatif.
Australia dan
India mengajukan masalah Indonesia
ini ke Dewan
Keamanan PBB.
Pada tanggal 4
Agustus 1947, PBB mengeluarkan perintah
penghentian
tembak menembak. Untuk mengawasi gencatan senjata,
PBB membentuk
Komisi Tiga Negara (KTN). Anggota KTN ada tiga
negara yaitu:
a. Belgia
(dipilih oleh Belanda) dipimpin oleh Paul van Zeeland;
b. Australia
(dipilih oleh Indonesia) dipimpin oleh Richard Kirby;
dan
c. Amerika
Serikat (dipilih oleh Indonesia dan Belanda) dipimpin
Dr. Frank Graham
Tugas utama KTN adalah mengawasi
secara langsung
penghentian tembak-menembak
sesuai dengan
Resolusi Dewan
Keamanan PBB.
Dengan demikian masalah
Indonesia menjadi
masalah internasional.
Secara diplomatis
jelas sangat menguntungkan
Indonesia.
KTN berhasil
mempertemukan Indonesia
dengan Belanda
dalam Perjanjian
Renville. Selain
itu juga mengembalikan
para pemimpin
Republik Indonesia yang
ditawan Belanda
di Bangka.
4. Perundingan Renville
Perundingan Renville dilaksanakan di
atas Geladak
Kapal Renville milik Amerika
Serikat tanggal
17 Januari 1948. Dalam
perundingan
tersebut, pemerintah Indonesia
diwakili oleh
Perdana Menteri Amir Syarifuddin.
Sedangkan Belanda
diwakili oleh Abdul Kadir
Widjojoatmodjo.
Hasil perundingan tersebut
11
11
adalah:
a. wilayah
Indonesia diakui berdasarkan
garis demarkasi
(garis van Mook),
b. Belanda tetap
berdaulat atas seluruh
wilayah Indonesia
sampai Republik Indonesia
Serikat
terbentuk,
c. kedudukan RIS
dan Belanda sejajar dalam Uni Indonesia-Belanda,
d. RI merupakan
bagian dari RIS, dan
e. pasukan RI
yang berada di daerah kantong harus ditarik ke
daerah RI.
Nasib dan
kelanjutan Perundingan Renville relatif sama dengan
Perundingan
Linggarjati. Belanda kembali melanggar perjanjian dengan
melakukan agresi
militer II tanggal 19 Desember 1948.
5. Agresi Militer Belanda II,
(Tanggal 19 Desember 1948)
Pada tanggal 19
Desember 1948 Belanda melancarkan
aksi polisionil
ke II. Belanda menduduki
kota Yogyakarta,
yang diawali dengan penerjunan
pasukan payung di
Lapangan Udara Maguwo, serta
mengepung dan
menghancurkan konsentrasikonsentrasi
TNI. Dalam agresi
kedua, Belanda
berhasil
menduduki Yogyakarta dan menangkap para
pemimpin politik
serta militer.
Meskipun para
pemimpin politik ditangkap,
pemerintahan
Republik Indonesia tidak berhenti.
Sebelum ditangkap
Presiden Soekarno memberikan
mandat melalui
radiogram kepada Menteri Kemakmuran
Mr. Syafruddin
Prawiranegara untuk
membentuk
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
(PDRI) di
Bukittinggi, Sumatra Barat. Melalui PDRI,
pemerintahan
tetap terus berjalan. PDRI mampu memberi
instruksi kepada
delegasi Indonesia di forum
12
12
PBB untuk
menerima penghentian tembak-menembak
dan bersedia
berunding dengan Belanda. Hal ini dilakukan dalam
rangka menarik
simpati dunia internasional. Selain itu untuk
menunjukkan
kepada dunia internasional bahwa pemerintahan RI
masih terus
berjalan meskipun para pemimpin politik ditawan oleh
Belanda.
6. Konferensi Asia di New Delhi
Konferensi Asia di New Delhi di
selenggarakan pada
tanggal 20 - 25 Januari
1949. Dalam
konferensi tersebut hadir 19
negara termasuk
utusan dari Mesir, Italia, dan
New Zealand.
Wakil-wakil dari Indonesia
antara lain Mr.
Utoyo Ramelan, Sumitro
Djoyohadikusumo,
H. Rosyidi, dan lain-lain.
Hasil konferensi
meliputi:
a. pengembalian
Pemerintahan Republik
Indonesia ke
Yogyakarta,
b. pembentukan
pemerintahan ad interim
sebelum tanggal
15 Maret 1949,
c. penarikan
tentara Belanda dari seluruh wilayah Indonesia, dan
d. penyerahan
kedaulatan kepada Pemerintah Indonesia Serikat
paling lambat
tanggal 1 Januari 1950.
Menanggapi
rekomendasi Konferensi New Delhi, Dewan
Keamanan PBB
mengeluarkan sebuah resolusi tanggal 28 Januari
1949 yang isinya:
a. penghentian
operasi militer dan gerilya,
b. pembebasan
tahanan politik Indonesia oleh Belanda,
c. pemerintah RI
kembali ke Yogyakarta, dan
d. akan diadakan
perundingan secepatnya.
Dampak Konferensi
Asia di New Delhi sangat jelas. Indonesia
semakin mendapat
dukungan internasional dalam perjuangan
mempertahankan
kemerdekaan dari ancaman Belanda.
13
13
7. Perundingan Roem - Royen
Terjadinya Agresi Militer Belanda
menimbulkan
reaksi yang cukup
keras dari Amerika Serikat dan
Inggris, bahkan
PBB. Hal ini tidak lepas dari kemampuan
pada diplomat Indonesia
dalam memperjuangkan
dan menjelaskan
realita di PBB. Salah satunya
adalah L.N.
Palar.
Sebagai reaksi
dari Agresi Militer Belanda, PBB
memperluas
kewenangan KTN. Komisi Tiga Negara
diubah menjadi
UNCI. UNCI kependekan dari United
Nations
Commission for Indonesia. UNCI
dipimpin oleh
Merle Cochran (Amerika
Serikat) dibantu
Critchley (Australia)
dan Harremans
(Belgia).
Hasil kerja UNCI
di antaranya
mengadakan
Perjanjian Roem-Royen
antara Indonesia
Belanda. Perjanjian
Roem-Royen
diadakan tanggal 14 April
1949 di Hotel Des
Indes, Jakarta.
Sebagai wakil
dari PBB adalah Merle
Cochran (Amerika
Serikat), delegasi
Republik
Indonesia dipimpin oleh Mr.
Moh. Roem,
sedangkan delegasi Belanda
dipimpin oleh van
Royen. Dalam
perundingan
Roem-Royen, masing-masing pihak mengajukan
statement.
Statement
tersebut adalah sebagai berikut;
Delegasi
Indonesia menyatakan kesediaan pemerintah Republik Indonesia untuk:
a. menghentikan
perang gerilya,
b. bekerja sama
dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan, dan
14
14
c. ikut serta
dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag untuk mempercepat pengakuan
kedaulatan kepada
Negara Indonesia Serikat dengan tanpa syarat.
Pernyataan dari
delegasi Belanda, yaitu:
a. menyetujui
kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta,
b. menjamin
penghentian gerakan militer dan pembebasan semua tahanan politik,
c. tidak akan
mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang dikuasai
oleh RI sebelum
19 Desember 1948
d. menyetujui
adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari RIS, dan
e. berusaha agar
KMB segera diadakan sesudah RI kembali ke Yogyakarta.
Dari dua usulan
tersebut akhirnya diperoleh kesepakatan yang ditandatangani tanggal
7 Mei 1949.
Kesepakatan antara lain:
a. Pemerintah RI
dan Belanda sepakat untuk menghentikan tembak-menembak dan bekerja
sama untuk
menciptakan keamanan.
b. Pemerintah
Belanda akan segera mengembalikan pemerintah Indonesia ke Yogyakarta, dan
c. kedua belah
pihak sepakat untuk menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di
Den Haag,
Belanda.
8. Konferensi Meja Bundar (KMB)
Konferensi Meja Bundar (KMB)
merupakan tindak
lanjut dari
Perundingan
Roem-Royen. Sebelum
KMB dilaksanakan,
RI mengadakan
pertemuan dengan
BFO (Badan
Permusyawaratan
Federal). Pertemuan
ini dikenal
dengan dengan 15
Konferensi
Inter-Indonesia (KII)
Tujuannya untuk
menyamakan langkah
dan sikap sesama
bangsa Indonesia
dalam menghadapi
KMB.
Konferensi
Inter-Indonesia
diadakan pada
tanggal 19 - 22 Juli 1949 di Yogyakarta dan tanggal
31 Juli sampai 2
Agustus 1949 di Jakarta. Pembicaraan difokuskan
pada pembentukan
Republik Indonesia Serikat (RIS). Keputusan yang
cukup penting
adalah akan dilakukan pengakuan kedaulatan tanpa
ikatan politik
dan ekonomi. Pada bidang pertahanan diputuskan:
a. Angkatan
Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah
Angkatan Perang
Nasional,
b. TNI menjadi
inti APRIS, dan
c. negara bagian
tidak memiliki angkatan perang sendiri.
KMB merupakan
langkah nyata dalam diplomasi untuk mencari
penyelesaian
sengketa Indonesia – Belanda. Kegiatan KMB
dilaksanakan di
Den Haag, Belanda tanggal 23 Agustus sampai 2
November 1949.
Dalam KMB tersebut dihadiri delegasi Indonesia,
BFO, Belanda, dan
perwakilan UNCI.
Berikut ini para
delegasi yang hadir dalam KMB.
a. Indonesia
terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr.
Moh. Roem,
Prof.Dr. Mr. Soepomo.
b. BFO dipimpin
Sultan Hamid II dari Pontianak.
c. Belanda
diwakili Mr. van Maarseveen.
d. UNCI diwakili
oleh Chritchley.
Setelah melalui
pembahasan yang cukup panjang,
akhirnya KMB
menghasilkan beberapa keputusan
berikut.
a. Belanda
mengakui RIS sebagai negara yang
merdeka dan
berdaulat.
b. Pengakuan
kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal
30 Desember 1949.
c. Masalah Irian
Barat akan diadakan perundingan lagi dalam
16
16
waktu 1 tahun
setelah pengakuan kedaulatan RIS.
d. Antara RIS dan
Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan
Uni Indonesia
Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
e. Kapal-kapal
perang Belanda akan
ditarik dari
Indonesia dengan catatan
beberapa korvet
akan diserahkan
kepada RIS.
f. Tentara
Kerajaan Belanda selekas
mungkin ditarik
mundur, sedang Tentara
Kerajaan Hindia
Belanda (KNIL)
akan dibubarkan
dengan catatan bahwa
para anggotanya
yang diperlukan akan
dimasukkan dalam
kesatuan TNI.
Pada tanggal 27
Desember 1949 dilaksanakan
penandatanganan
pengakuan
kedaulatan secara
bersamaan di Belanda
dan di Indonesia.
Di negeri Belanda, Ratu
Juliana, Perdana
Menteri Dr. Willem Dress,
Menteri Seberang
Lautan Mr. A.M.J. A.
Sassen, dan Drs.
Moh. Hatta, bersama
menandatangani
naskah pengakuan
kedaulatan.
Sedangkan di Jakarta Sri Sultan
Hamengku Buwono
IX dan Wakil Tinggi
Mahkota Belanda
A.H.J. Lovink menandatangani
naskah pengakuan
kedaulatan.
Berikut ini
dampak dan pengaruh KMB
bagi rakyat
Indonesia.
a. Belanda
mengakui kemerdekaan Indonesia.
b. Konflik dengan
Belanda dapat diakhiri dan pembangunan
segera dapat
dimulai.
c. Irian Barat
belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia
Serikat.
d. Bentuk negara
serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan 17
Agustus 1945.
17
17
b.PERISTIWA-PERISTIWA
POLITIK
DAN EKONOMI INDONESIA
PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN
A.Berbagai Faktor yang Memengaruhi Proses
Kembalinya Revublik Indonesia Sebagai Negara Kesatuan
Bagian penting dari keputusan KMB adalah
terbentuknya
Negara Republik
Indonesia Serikat. Memang hasil KMB diterima
oleh Pemerintah
Republik Indonesia, namun hanya “ setengah hati.”
Hal ini terbukti
dengan munculnya perbedaan dan pertentangan
antarkelompok
bangsa. Dua kekuatan besar yang saling berseberangan
yaitu:
1. kelompok
unitaris, artinya kelompok pendukung Negara
Kesatuan Republik
Indonesia; dan
2. kelompok
pendukung Negara Federal-RIS.
Dampak dari
terbentuknya Negara RIS adalah
konstitusi yang
digunakan bukan lagi UUD 1945,
melainkan
Konstitusi RIS tahun 1949. Dalam pemerintahan
RIS jabatan
presiden dipegang oleh Ir.
Soekarno, dan
Drs. Mohammad Hatta sebagai perdana
menteri. Perlu
diingat bahwa dalam Konstitusi RIS 1949
tidak mengenal
jabatan wakil presiden.
Berdasarkan
pandangan kaum nasionalis
pembentukan RIS
merupakan strategi pemerintah
kolonial Belanda
untuk memecah belah kekuatan
bangsa Indonesia
sehingga Belanda akan mudah
mempertahankan
kekuasaan dan pengaruhnya di
18
18
Republik
Indonesia. Kelompok ini sangat menentang
dan menolak ide
federasi dalam bentuk negara RIS.
Pada akhirnya
kelompok unitaris semakin
memperoleh
simpati. Berikut ini sejumlah faktor yang
memengaruhi
proses kembalinya negara RIS menjadi
NKRI.
1. Bentuk negara
RIS bertentangan dengan cita-cita
Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
2. Pembentukan
negara RIS tidak sesuai dengan
kehendak rakyat.
3. Bentuk RIS
pada dasarnya merupakan warisan
dari kolonial
Belanda yang tetap ingin
berkuasa di
Indonesia.
4.
Berbagai masalah dan kendala politik, ekonomi,
sosial, dan
sumber daya manusia dihadapi oleh
negara-negara
bagian RIS.
Pada tanggal 17 Agustus 1950, Presiden
Soekarno
membacakan Piagam terbentuknya NKRI.
Peristiwa ini
juga menandai berakhirnya bentuk RIS.
Indonesia kembali
menjadi negara kesatuan.
B. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Indonesia
Pasca Pengakuan
Kedaulatan
Pasca pengakuan kedaulatan pada tanggal
27 Desember 1949,
permasalahan yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia di bidang
ekonomi sangatlah
kompleks. Berikut ini masalah-masalah tersebut.
1. Belum
terwujudnya kemerdekaan ekonomi
Kondisi perekonomian Indonesia pasca
pengakuan kedaulatan masih dikuasai oleh asing.
Untuk itu para
ekonom menggagas untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi
ekonomi nasional.
Salah satu tokoh ekonom itu adalah Sumitro Djoyohadikusumo. Ia 19
berpendapat bahwa
bangsa Indonesia harus selekasnya ditumbuhkan kelas pengusaha.
Pengusaha yang
bermodal lemah harus diberi bantuan modal. Program ini dikenal dengan
gerakan ekonomi
Program Benteng. Tujuannya untuk melindungi usaha-usaha pribumi.
Ternyata program
benteng mengalami kegagalan. Banyak pengusaha yang menyalahgunakan
bantuan kredit
untuk mencari keuntungan secara cepat.
2. Perkebunan dan
instalasi-instalasi industri rusak
Akibat penjajahan dan perjuangan fisik,
banyak sarana prasarana dan instalasi industri
mengalami
kerusakan. Hal ini mengakibatkan kemacetan dalam bidang industri, kondisi ini
mempengaruhi
perekonomian nasional.
3. Jumlah
penduduk meningkat cukup tajam
Pada pasca pengakuan kedaulatan, laju
pertumbuhan penduduk meningkat. Pada tahun
1950 diperkirakan
penduduk Indonesia sekitar 77,2 juta jiwa. Tahun 1955 meningkat menjadi
85,4 juta. Laju
pertumbuhan penduduk yang cepat berakibat pada peningkatan impor makanan.
Sejalan dengan
pertumbuhan penduduk kebutuhan akan lapangan kerja meningkat. Kondisi
tersebut
mendorong terjadinya urbanisasi.
4. Utang negara
meningkat dan inflasi cukup tinggi
Setelah pengakuan kedaulatan, ekonomi
Indonesia tidak stabil. Hal itu ditandai dengan
meningkatnya
utang negara dan meningginya tingkat inflasi. Utang Indonesia meningkat
karena Ir.
Surachman (selaku Menteri Keuangan saat itu) mencari pinjaman ke luar negeri
20
untuk mengatasi
masalah keuangan negara. Sementara itu, tingkat inflasi Indonesia meninggi
karena saat itu
barang-barang yang tersedia di pasar tidak dapat mencukupi kebutuhan
masyarakat.
Akibatnya, harga barang-barang kebutuhan naik. Untuk mengurangi inflasi,
pemerintah
melakukan sanering pada tanggal 19 Maret 1950. Sanering adalah kebijakan
pemotongan uang.
Uang yang bernilai Rp,5,- ke atas berlaku setengahnya.
5. Defisit dalam
perdagangan internasional
Perdagangan internasional Indonesia
menurun. Hal ini disebabkan Indonesia belum
memiliki
barang-barang ekspor selain hasil perkebunan. Padahal sarana dan produktivitas
perkebunan telah
merosot akibat berbagai kerusakan.
6. Kekurangan
tenaga ahli untuk menuju ekonomi nasional
Pada awal pengakuan kedaulatan,
perusahaan-perusahaan yang ada masih merupakan
milik Belanda.
Demikian juga tenaga ahlinya. Tenaga ahli masih dari Belanda, sedang tenaga
Indonesia hanya
tenaga kasar. Oleh karena itu Mr. Iskaq Tjokroadikusuryo melakukan kebijakan
Indonesianisasi.
Kebijakan ini mendorong tumbuh dan berkembangnya pengusaha swasta
nasional.
Langkahnya dengan mewajibkan perusahaan asing memberikan latihan kepada tenaga
bangsa Indonesia.
7. Rendahnya
Penanaman Modal Asing (PMA) akibat konflik Irian Barat
Akibat konflik Irian Barat kondisi
politik tidak stabil. Bangsa Indonesia banyak melakukan
nasionalisasi
perusahaan-perusahaan milik Belanda. Sebagai dampak nasionalisasi, investasi
21
asing mulai
berkurang. Investor asing tidak berminat menanamkan modalnya di Indonesia.
8. Terjadinya
disinvestasi yang tajam dalam tahun 1960-an
Pada tahun 1960-an terjadi disinvestasi
yang cukup tajam akibat konflik Irian Barat. Akibatnya
kapasitas
produksi menurun karena terjadi salah urus dalam perusahaan.
c.Pemilihan Umum Tahun 1955
1. Situasi Politik di Indonesia Sebelum
Pemilu Tahun
1955
Kondisi perpolitikan di Indonesia sebelum
dilaksanakan Pemilu
tahun 1955 ada dua ciri yang menonjol, yaitu
munculnya banyak
partai politik (multipartai) dan sering
terjadi pergantian kabinet/
pemerintahan.
Setelah kembali ke bentuk negara kesatuan,
sistem demokrasi
yang dianut adalah Demokrasi Liberal Sistem
pemerintahannya
adalah kabinet parlementer. Pada masa ini
perkembangan partai
politik diberikan ruang yang seluas-luasnya.
Dari tahun 1950-1959,
terdapat tujuh kabinet yang memerintah.
a. Kabinet Mohammad Natsir (7 September 1950 –
Maret 1951)
Kabinet
Natsir merupakan suatu Zaken Kabinet, intinya adalah Partai Masyumi. Kabinet
ini menyerahkan mandatnya tanggal 21 Maret
1951, setelah adanya mosi yang menuntut
pembekuan dan pembubaran DPRD Sementara.
Penyebab lainnya adalah seringnya
mengeluarkan Undang Undang Darurat yang
mendapat kritikan dari partai oposisi.
22
b. Kabinet Sukiman (April 1951- Februari 1952)
Kabinet Sukiman merupakan koalisi antara
Masyumi dengan PNI. Pada masa Kabinet
Sukiman muncul berbagai gangguan keamanan,
misalnya DI/TII semakin meluas dan
Republik Maluku Selatan.
Kabinet ini jatuh karena kebijakan politik
luar negerinya diangap condong ke Serikat.
Pada tanggal 15 Januari 1952 diadakan
penandatanganan Mutual Security Act (MSA). Perjanjian
ini berisi kerja sama keamananan dan Serikat
akan memberikan bantuan ekonomi dan
militer.
c. Kabinet Wilopo (April 1952- Juni 1953)
Kabinet
Wilopo didukung oleh PNI, Masyumi, dan PSI. Prioritas utama program kerjanya
adalah peningkatan kesejahteraan umum.
Peristiwa penting yang terjadi semasa
pemerintahannya adalah peristiwa 17 Oktober
1952 dan peristiwa Tanjung Morawa. Peristiwa
17 Oktober 1952, yaitu tuntutan rakyat yang
didukung oleh Angkatan Darat yang dipimpin
Nasution, agar DPR Sementara dibubarkan
diganti dengan parlemen baru. Sedang Peristiwa
Tanjung Morawa (Sumatra Timur) mencakup
persoalan perkebunan asing di Tanjung Morawa
yang diperebutkan dengan rakyat yang
mengakibatkan beberapa petani tewas.
d. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli
1953-24 Juli 1955)
Kabinet
ini dikenal dengan Kabinet Ali Wongso (Ali Sastroamijoyo dan Wongsonegoro).
Prestasi yang dicapai adalah terlaksananya
Konferensi di Bandung 18-24 April 1955.
23
23
e. Kabinet Burhanudin Harahap (Agustus 1955 –
Maret 1956)
Kabinet
ini dipimpin oleh Burhanudin Harahap dengan inti Masyumi. Keberhasilan yang
diraih adalah menyelenggarakan pemilu pertama
tahun 1955. Karena terjadi mutasi di beberapa
kementerian, maka pada tanggal 3 Maret 1956
Burhanudin Harahap menyerahkan mandatnya.
f. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (Maret 1956 –
Maret 1957)
Program
Kabinet Ali II disebut Rencana Lima Tahun. Program ini memuat masalah
jangka panjang, misalnya perjuangan
mengembalikan Irian Barat. Muncul semangat anti-
Cina dan kekacauan di daerah-daerah sehingga
menyebabkan kabinet goyah. Akhirnya
pada Maret 1957, Ali Sastroamijoyo menyerahkan
mandatnya.
g. Kabinet Djuanda (Maret 1957 – April 1959)
Kabinet
Djuanda sering dikatakan sebagai Zaken Kabinet, karena para menterinya
merupakan ahli dan pakar di bidangnya
masing-masing. Tugas Kabinet Djuanda melanjutkan
perjuangan membebaskan Irian Barat dan
menghadapi keadaan ekonomi dan keuangan
yang buruk. Prestasi yang diraih adalah
berhasil menetapkan lebar wilayah Indonesia menjadi
12 mil laut diukur dari garis dasar yang
menghubungkan titik-titik terluar dari Pulau Indonesia.
Ketetapan ini dikenal sebagai Deklarasi
Djuanda.
Kabinet ini menjadi demisioner ketika Presiden
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5
Juli 1959.
2. Pelaksanaan Pemilu Tahun 1955
Penyelenggaraan
Pemilu tahun 1955 merupakan
24
24
pemilu yang pertama dilaksanakan oleh bangsa
Indonesia. Pemilu diselenggarakan pada masa
pemerintahan Kabinet Burhanudin Harahap.
Pemilu
dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tanggal 29
September
1955 untuk memilih anggota DPR, dan tanggal
15 Desember 1955 untuk memilih anggota Badan
Konstituante (Badan Pembentuk UUD).
Hasil pemilu tahun 1955 menunjukkan ada empat
partai yang
memperoleh suara terbanyak yaitu PNI (57
wakil), Masyumi
(57 wakil), NU (45 wakil), dan PKI (39 wakil).
Dari segi penyelenggaraan, pemilu tahun 1955
dapat dikatakan
berjalan dengan bersih dan jujur karena suara
yang diberikan
masyarakat mencerminkan aspirasi dan kehendak
politik mereka.
Akan tetapi, kampanye yang relatif terlalu lama
(2,5 tahun) dan
bebas telah mengundang emosi politik yang amat
tinggi, terutama
kecintaan yang berlebihan terhadap partai.
Pemilu tahun 1955 ternyata tidak mampu
menciptakan
stabilitas poltik seperti yang diharapkan.
Bahkan muncul
perpecahan antara pemerintahan pusat dengan
beberapa daerah.
Kondisi tersebut diperparah dengan
ketidakmampuan anggota
Konstituante untuk mencapai titik temu dalam
menyusun UUD baru
untuk mengatasi kondisi negara yang kritis.
Pada tanggal 5 Juli
1959 Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit.
Dekrit ini dikenal
dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
D.Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 dan Dampak yang
Ditimbulkan
1. Situasi Politik Menjelang Dekrit Presiden
Sistem
Demokrasi Liberal ternyata membawa
akibat yang kurang menguntungkan bagi
stabilitas
politik. Berbagai konflik muncul ke permukaan.
Misalnya konflik ideologis, konflik
antarkelompok
25
25
dan daerah, konflik kepentingan antarpartai
politik.
Hal ini mendorong Presiden Soekarno untuk
mengemukakan Konsepsi Presiden pada tanggal 21
Februari 1957.Berikut ini isi Konsepsi
Presiden.
a. Penerapan sistem Demokrasi Parlementer
secara
Barat tidak cocok dengan kepribadian
Indonesia,
sehingga sistem demokrasi parlementer harus
diganti dengan Demokrasi Terpimpin.
b. Membentuk Kabinet Gotong Royong yang
anggotanya semua
partai politik.
c.Segera
dibentuk Dewan Nasional.
2. Sidang Konstituante Menjelang Keluarnya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dari
pemilu tahun 1955 terbentuk dewan
konstituante. Badan ini bertugas menyusun UUD
yang
baru. Anggota Konstituante terbagi dalam dua
kelompok yaitu kelompok Islam dan kelompok
nasionalis, kedua kelompok sulit mencapai kata
sepakat
dalam pembahasan isi UUD. Dalam sidang sering
terjadi
perpecahan pendapat. Setiap wakil partai
memaksakan
pendapatnya. Akibatnya gagal menghasilkan UUD.
Hal
ini mendorong presiden menganjurkan
konstituante
untuk kembali menggunakan UUD 1945. Untuk
mewujudkan
anjuran tersebut maka, diadakan pemungutan
suara sampai tiga kali. Akan tetapi hasilnya
belum
mencapai batas quorum, dua pertiga suara.
Akibatnya
Dewan Konstituante gagal mengambil keputusan.
Untuk mengatasi masalah tersebut pada tanggal
5 Juli
1959 presiden mengeluarkan dekrit. Isi Dekrit
Presiden
tanggal 5 Juli 1959 yaitu:
26
26
a. pembubaran Konstituante;
b. berlakunya kembali UUD 1945, dan tidak
berlakunya lagi
UUDS 1950;
c. akan dibentuk MPRS dan DPAS.
Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit sebagai
langkah untuk
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Keluarnya Dekrit Presiden
menandai berakhirnya Demokrasi Liberal dan
dimulainya Demokrasi
Terpimpin.
3. Tindak Lanjut Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Setelah
keluarnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 terjadi
beberapa perkembangan politik dan
ketatanegaraan di Indonesia.
a.
Pembentukan Kabinet Kerja, dengan programnya yang disebut Tri Program, isinya:
1) memperlengkapi sandang pangan rakyat,
2) menyelenggarakan keamanan rakyat dan
negara, serta
3) melanjutkan perjuangan menentang
imperialisme untuk mengembalikan Irian Barat.
b.
Penetapan DPR hasil pemilu 1955 menjadi DPR tanggal 23 Juli 1959.
c.
Pembentukan MPRS dan DPAS. Tugas MPRS adalah menetapkan GBHN. Sedangkan tugas
DPAS adalah sebagai penasihat atau memberi
pertimbangan pada presiden.
d.
MPRS dan DPAS juga dibentuk BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dan Mahkamah Agung
(MA). BPK bertugas memeriksa penggunaan uang
negara oleh pemerintah, MA berperan
sebagai lembaga tinggi negara.
e.
Pembentukan DPR-GR. Pada tahun 1960, Presiden Soekarno membubarkan DPR hasil
pemilu. Alasannya adalah penolakan DPR
terhadap usulan Anggaran Belanja Negara yang-
27
diajukan presiden. Selanjutnya pada tanggal 24
Juni 1960, Presiden Soekarno membentuk
DPR-GR (DPR Gotong Royong).
f.
Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas) dan Front Nasional. Depernas
bertugas menyusun rancangan pembangunan
semesta yang berpola delapan tahun. Front
Nasional tugasnya mengerahkan massa. Badan ini
berperan penting dalam pengganyangan
Malaysia dan pembebasan Irian Barat, terutama
melalui Front Nasional Pembebasan Irian
Barat (FNPIB).
g.
Penetapan GBHN. Manifesto Politik (Manipol) merupakan sebutan pidato Presiden
Soekarno dalam peringatan hari Kemerdekaan
Republik Indonesia tanggal 17 Agustus
1959. Pidato tersebut aslinya berjudul”
Penemuan Kembali Revolusi Kita”. Oleh DPAS
dalam sidangnya tanggal 23-25 September 1959,
diusulkan agar Manipol ditetapkan sebagai
GBHN. Manipol itu mencakup USDEK yang terdiri
dari UUD 1945, Sosialisme Indonesia,
Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan
Kepribadian Indonesia. Manipol dan USDEK
sering disebut dengan Manipol USDEK.
Dalam Tap MPRS itu juga diputuskan bahwa
pidato presiden “Jalannya Revolusi Kita” dan “To
Build the World a New” (membangun dunia kembali) Menjadi pedoman
pelaksanaan Manifesto
Politik.
28
4.Dampak Lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dekrit Presiden ternyata memiliki beberapa
dampak, berikut.
a. Terbentuknya lembaga-lembaga baru yang
sesuai dengan
tuntutan UUD 1945, misalnya MPRS dan DPAS.
b. Bangsa Indonesia terhindar dari konflik
yang berkepanjangan
yang sangat membahayakan persatuan dan
kesatuan.
c. Kekuatan militer semakin aktif dan memegang
peranan penting
dalam percaturan politik di Indonesia.
d. Presiden Soekarno menerapkan Demokrasi
Terpimpin.
e. Memberi kemantapan kekuasaan yang besar
kepada presiden,
MPR, maupun lembaga tinggi negara lainnya.
E. Kehidupan
Politik pada Masa
Demokrasi Terpimpin
1. Kondisi
Politik Dalam Negeri pada Masa Demokrasi
Terpimpin
Demokrasi
Terpimpin yang menggantikan sistem Demokrasi
Liberal, berlaku tahun 1959 – 1965. Pada masa
Demokrasi Terpimpin
kekuasaan presiden sangat besar sehingga
cenderung ke arah
otoriter. Akibatnya sering terjadi
penyimpangan terhadap UUD
1945. Berikut ini beberapa penyimpangan
terhadap Pancasila dan
UUD 1945 yang terjadi semasa Demokrasi Terpimpin.
29
29
a. Pembentukan MPRS melalui Penetapan Presiden
No. 2/1959.
b. Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh
presiden.
c. Presiden membubarkan DPR hasil pemilu tahun
1955.
d. GBHN yang bersumber pada pidato Presiden tanggal
17
Agustus 1959 yang berjudul “Penemuan Kembali
Revolusi
Kita” ditetapkan oleh DPA bukan oleh MPRS.
e. Pengangkatan presiden seumur hidup.
Dalam periode Demokrasi Terpimpin, Partai
Komunis Indonesia (PKI) berusaha menempatkan
dirinya sebagai golongan yang Pancasilais.
Kekuatan
politik pada Demokrasi Terpimpin terpusat di
tangan
Presiden Soekarno dengan TNI-AD dan PKI di
sampingnya.
Ajaran Nasakom (Nasionalis-Agama-Komunis)
ciptaan Presiden Soekarno sangat menguntungkan
PKI. Ajaran Nasakom menempatkan PKI sebagai
unsur yang sah dalam konstelasi politik
Indonesia.
Dengan demikian kedudukan PKI semakin kuat PKI
semakin
meningkatkan kegiatannya dengan berbagai isu
yang memberi citra
sebagai partai yang paling manipolis dan
pendukung Bung Karno
yang paling setia.
Selama masa Demokrasi Terpimpin, PKI terus
melaksanakan
30
30
program-programnya secara revolusioner. Bahkan
mampu menguasai
konstelasi politik. Puncak kegiatan PKI adalah
melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang
sah
pada tanggal 30 September 1965.
2. Politik Luar Negeri Masa Demokrasi
Terpimpin
Politik
luar negeri masa Demokrasi Terpimpin
lebih condong ke blok Timur. Indonesia banyak
melakukan kerja sama dengan negara-negara blok
komunis, seperti Uni Soviet, RRC, Kamboja,
maupun
Vietnam. Berikut ini beberapa contoh
pelaksanaan politik luar negeri
masa Demokrasi Terpimpin.
a. Oldefo dan Nefo
Oldefo
(The Old Established Forces), yaitu dunia
lama yang sudah mapan ekonominya, khususnya
negara-negara Barat yang kapitalis. Nefo (The
New Emerging Forces), yaitu negara-negara baru.
Indonesia menjauhkan diri dari negara-negara
kapitalis (blok oldefo) dan menjalin kerja
sama
dengan negara-negara komunis (blok nefo). Hal
31
ini terlihat dengan terbentuknya Poros Jakarta
–
Peking (Indonesia – Cina) dan Poros Jakarta –
Pnom
Penh – Hanoi – Peking – Pyongyang ( Indonesia
–
Kamboja – Vietnam Utara - Cina – Korea Utara).
b. Konfrontasi dengan Malaysia
Pada
tahun 1961 muncul rencana pembentukan
negara Federasi Malaysia yang terdiri dari
Persekutuan
Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunei, dan
Sabah.
Rencana tersebut ditentang oleh Presiden
Soekarno
karena dianggap sebagai proyek neokolonialisme
dan dapat membahayakan revolusi Indonesia yang
belum selesai. Keberatan atas pembentukan
Federasi
Malaysia juga muncul dari Filipina yang
mengklaim
daerah Sabah sebagai wilayah negaranya.
Pada tanggal 9 Juli 1963 Perdana Menteri
Tengku Abdul Rahman
menandatangani dokumen tentang pembentukan
Federasi Malaysia.
Kemudian, tanggal 16 September 1963 pemerintah
Malaya
memproklamasikan berdirinya Federasi Malaysia.
Menghadapi tindakan Malaysia tersebut, Indonesia
mengambil
kebijakan konfrontasi. Pada tanggal 17
September 1963 hubungan
diplomatik antara dua negara putus.
Selanjutnya pada tanggal 3 Mei
1964 Presiden Soekarno mengeluarkan Dwi
Komando Rakyat
32
32
(Dwikora), isinya:
1) perhebat ketahanan revolusi Indonesia, dan
2) bantu perjuangan revolusioner rakyat
Malaya, Singapura,
Serawak, Sabah, dan Brunei untuk memerdekakan
diri dan
menggagalkan negara boneka Malaysia.
Di tengah situasi konflik Indonesia -
Malaysia, Malaysia
dicalonkan sebagai anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB.
Masalah ini mendapat reaksi keras dari
Presiden Soekarno. Namun
akhirnya Malaysia tetap terpilih sebagai
anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB. Terpilihnya Malaysia tersebut
mendorong Indonesia
keluar dari PBB. Secara resmi Indonesia keluar
dari PBB pada tanggal
7 Januari 1965.
33
Bab 3
Bab 3
Kesimpulan & penutup
a.Kesimpulan
*
Perjuangan para pahlawan dalam upaya mempertahankan kemerdekaan
sangat
berat. Oleh karena itu sebagai generasi muda yang hidup di masa
kemerdekaan,
kalian harus menghargai jasa para pahlawan dan mengisi
kemerdekaan
dengan sebaik-sebaiknya. Misalnya belajar giat, prestasi yang
dapat
mengharumkan nama bangsa, dan lain-lain.
*
Salah satu cara menghargai jasa para pahlawan adalah meneladani nilainilai
perjuangan
mereka seperti rela berkorban, semangat patriotisme,
pantang
menyerah, cinta tanah air, dan bangsa, dan lain-lain.
*
Demokrasi Liberal tidak cocok diterapkan di Indonesia karena tidak sesuai
dengan
jiwa bangsa Indonesia yang termaktub dalam Pancasila.
*
Perbedaan pendapat dalam suatu forum merupakan hal yang wajar dalam
negara
demokrasi, namun jangan sampai hanya karena perbedaan tersebut
kita
menjadi terpecah belah.
*
Berkaca dari masa lalu, setiap permasalahan hendaklah diselesaikan
dengan
jalan musyawarah mufakat dengan asas kekeluargaan, bukan saling
menjatuhkan.
34
b.penutup
Puji syukur kami panjatkan kehadirat alloh swt. Karena dengan rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan dan membuat Makalah IPS Terpadu ini.
Dengan dibuat nya Makalah ini mudah-mudahan saya dapat lebih aktif belajar,kratif,pintar,cerdas,dan
mengetahui banyak hal.
Mudah-mudahan Makalah ini bisa bermanfaat bagi
saya,maupun orang lain
Dan Makalah IPS Terpadu ini ditujukan untuk memenuhi salahsatu tugas
dari Bapak Guru mata pelajaran IPS Terpadu. Terimakasih kepada Bapak Guru mata
pelajaran IPS Terpadu, karena telah memberikan tugas ini kepada saya. Karena
dengan membuat Makalah ini saya menjadi lebih tahu banyak hal yang bersangkutan
dengan materi yang ada di dalam Makalah ini.
Demikian Makalah ini saya buat, apabila ada kekurangan dalam penulisan
materi atau hal-hal yang lain dalam Makalah ini, mohon berikan kritik,saran dan
komentar anda karena pendapat dari anda sangatlah penting bagi saya.
Wasalam……
35
Daftar pustaka
Album Pahlawan Bangsa. 2004.Jakarta:PT Mutiara
Sumber Widya.
Curry,Jefrey E.2001.Memahami Ekonomi
Internasional.Jakarta:Penerbit
PPM
Dake,C.A.Antoni.2006.Soekarno File,Kronologi
Suatu Keruntuhan.Jakarta:
Aksara Karunia.
Depdiknas.2003.Kurikulum 2004 Mata Pelajaran
Geografi untuk SMP dan
MTs. Jakarta:Pusat Kurikulum Depdiknas.
Hendra Halwani.2005.Ekonomi Internasional dan
Globalisasi Ekonomi, edisi
Kedua.Bogor:Ghalia Indonesia.
Internet.2004 Wikipedia.Internet Bebas Bahasa
Indonesia. Geografi Asia
Tenggara.
Mabes ABRI.2000.Tri Komando Rakyat Pembebasan
Irian Barat. Jakarta:
Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI.
Marwati Djoenet p.dan Nugroho Noto
Susanto.1993.sejarah Nasional Indo-
nesia VI.Jakarta:balai Pustaka.
Reid,Anthony.1974.Indonesia Nasional
Revolition 1945-1950.Ausrtalia:
Lognman.
Tim Penyusun kamus Pusat Bahasa.2002.Kamus
Besar bahasa Indonesia.
Jakarta:PT Balai Pustaka.
36
Subscribe to:
Posts (Atom)